P2Tel

Disiplin berobat penderita TB masih rendah

Timika, Kompas.com-Jumlah kasus tuberkulosis atau TB di Indonesia diperkirakan 1 juta kasus pertahun. Padahal, penanggulangan penyakit ini berlangsung 125 tahun sejak bakteri penyebabnya ditemukan.

TB disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang ditemukan Robert Koch.

 

Tanggal 24 Maret diperingati sebagai Hari TB Sedunia mengenang penemuan yang diumumkan 24/3/1882. Gejala TB yang mudah dikenali ialah batuk berdahak terus-menerus lebih dari 2 minggu, berat badan menurun, serta berkeringat di malam hari. Penderita mudah lelah dan nafsu makan turun.

 

Penyakit TB bisa diobati jika pasien patuh berobat. Kebanyakan pasien kurang disiplin dan bosan harus minum obat 6 bulan. “Kepatuhan minum obat rendah. Baru 2 bulan minum obat dan merasa gejalanya sembuh, pengobatan dihentikan. Padahal, pengobatannya minimal 6 bulan,” kata dr. Theresia Nina, Wakil Direktur Medis RS Mitra Masyarakat (RSMM), Timika, Papua.

 

Nina mengungkapkan, di RSMM tahun 2016 ditemukan 700 kasus TB. “Dari jumlah itu yang tuntas berobat sampai selesai hanya 40-50%” katanya. Dengan meninggalkan pengobatan, TB mudah kambuh, bakteri penyebabnya kebal dengan obat2an pada lini pertama. Selain itu, kuman bisa menyebar ke orang2 sekitar sehingga berpotensi menambah jumlah penderita.

 

Kasus TB di Timika, Kab-Mimika, Papua, tinggi. Menurut Nina, hal itu karena masyarakat Papua senang hidup berkelompok. Dalam 1 rumah bisa terdapat 3 kepala keluarga. “Ventilasi di tempat tinggal juga buruk dan mereka biasa mengasap diri untuk menghangatkan badan. Kalau di satu komunitas itu ada yang positif TB, biasanya penularannya cepat karena lewat udara,” ujarnya.

 

Dukungan keluarga

Penanganan TB di Mimika kini jauh lebih baik. Masyarakat dari 7 suku di Kabupaten ini, yakni Amungme yang mendiami wilayah pegunungan dan Kamoro di wilayah pantai, serta suku Dani, Damal, Mee, Nduga dan Moni mendapat pengobatan gratis pemerintah bekerja sama dengan PT.Freeport Indoensia.

 

Mereka dapatakses pelayanan kesehatan gratis di klinik TB milik PT.Freeport Indonesia dan RS Mitra Masyarakat. Indah Puspitasari, dokter di Klinik khusus TB milik PT.Freeport Indonesia, mengatakan masyarakat bisa dapat pelayanan TB yang lengkap, dari pemeriksan fisik dan rontgen, sampai pengobatan Cuma2.

 

Untuk meningkatkan kepatuhan berobat pasien, di klinik ini diterapkan edukasi yang berlapis, mulai dari perawat di bagian registrasi, dokter, sampai petugas farmasi. “Setiap pasien ke bagian2 itu terus diulang informasi penyakit sampai mereka mengerti dan paham. Dengan begitu angka putus berobat bisa rendah. Di klinik ini angkanya 0% yang berhenti obat,” katanya.

 

Petugas khusus juga dibentuk untuk melacak keberadaan pasien yang tidak teratur berobat atau pindah tempat. Di RSMM dilakukan pendampingan pada pasien agar patuh minum obat.

 

“Pasien merasa pengobatan 6 bulan terlalu lama, sering putus asa. Solusinya mengajak anggota keluarga jadi pengawas minum obat,” kata Valentin Wenehen, koordinator tim pendampingan sebaya di RSMM. (Lusia Kus Anna; Bestari Kumala Dewi; http://health.kompas.com/read/2017/03/23/080500823/disiplin.berobat.pasien.tb.masih.rendah)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version