Pandawa dan para prajurit beristirahat sambil berunding. Mereka ber-tanya2, kok tiba2 ada yang memukul dari belakang, tiba2 digigit ular dan kejadian2 aneh lain. Prajurit2 yang nyalinya kecil menyimpulkan penunggu hutan tidak mengijinkan mereka merambah hutan itu, makanya pekerjaan membuka hutan itu harus dihentikan. Prajurit ini tidak berani mengutarakan pendapatnya.
Bagi prajurit berwawasan luas, mereka berusaha cari penyebabnya dan cari alternatif solusinya. Namun demikian mereka belum sampai pada kesimpulan tentang sebab dan solusi atas masalah itu. Para pandawa dan Dewi Kunti berunding dan tukar pikiran mengenai kejadian2 aneh itu. Mereka sepakat untuk sama2 berdoa, mohon kemurahan dewa, agar diberi petunjuk penyelesaian masalah.
Para pandawa, Dewi Kunti berdiam diri. Mereka bersemedi, menutup “babahan hawa sanga” atau menutup 9 lubang hawa atau yang masuk ke dirinya. Sembilan lubang itu dua lubang telinga, dua mata, dua lubang hidung, satu mulut, satu alat kelamin dan satu alat pembuangan.
Tanpa dikomando, prajurit melakukan hal sama. Selain memohon petunjuk dewa, mereka introspeksi, melihat ke dirinya, mengevaluasi yang selama ini dilakukan dengan 9 lubang itu. Bagaimana mereka menggunakan, mengelola 9 lubang itu, secara lahiriah dan terlebih lagi secara batiniah.
Kini suasana di hutan itu sepi. Burung2 yang sebelumnya berkicau riang atau ber-teriak2 memanggil anaknya, tiba2 terdiam. Kera dan monyet yang biasa teriak2 dengan keras, kini diam, seakan memberi kesempatan ke mereka bersunyi diri. Demikian pula binatang lain.
Kini mereka diam dan menutup pendengarannya dari semua yang bisa didengar, menyibakkan bisikan2 tidak baik yang pernah didengar. Berjanji mendengar yang baik2 dan bermanfaat, tidak akan mendengar yang bukan haknya, hal2 tidak baik, berupa omongan orang, percekcokan, debat kusir, siaran, TV, film, lagu, sandiwara dsb.
Mereka tutup mata, membuang hal2 jelek yang sedang dan pernah dilihat, kejadian se-hari2 dialaminya, alam seisinya, bentuk tulisan, gambar, video yang dengan mudah diterima dari media. Berjanji ke depan hanya akan melihat hal2 bermanfaat.
Menolak berita, informasi, hiburan, tayangan yang tidak baik, provokatif, berita bohong atau palsu, serta janji tidak meneruskan berita2 tidak baik atau Hoax. Mereka tutup hawa, keinginan memperlihatkan, menunjukkan, pamer berita dan info yang hanya memecah belah persatuan & mengusik perdamaian.
Mereka tutup mulut, tutup keinginan makan harta bukan haknya, menutup keinginan makanan yang kurang bermanfaat, tutup keinginan atas makanan dan minuman dan bentuk lain yang jika dikonsumsi membahayakan diri dan kesehatannya, dan atau bisa mengancam situasi keuangannya.
Mereka tutup minat serakah makan harta berlebihan, artinya menguasai harta pemuas diri dan keluarganya, lalu membuat jurang makin lebar dengan rakyat kebanyakan yang hidupnya miskin di negara kaya. Mereka tutup hawa, keinginan bicara tidak baik; kotor; condong ke porno.
Dan kasar, mengumpat, bohong, menipu, memperolok, juga bicara yang merusak persaudaraan, memutus pertemanan, mendorong orang lain berbuat tidak baik, membicarakan kejelekan orang, termasuk memfitnah, atau bicara provokatif.
Mereka tutup intisari fungsi kedua lubang hidung, sebagai bagian dari panca indranya. Menutup keinginan mencium yang bukan haknya, termasuk yang bersifat fisik. Membuang memori tidak baik yang pernah diterima melalui penciumannya.
Mereka tutup kemaluannya. Mereka tutup keinginan dari piranti itu untuk hal2 yang dilarang di tatanan keluarga, masyarakat dan agama. Keinginan2 yang justru pengaruhnya besar di kehidupan manusia. Orang yang tidak bisa mengendalikan keinginan dan melampiaskan nafsu tidak sah dan bijaksana, dapat melahirkan timbulnya penyakit lahiriah yang berbahaya.
Dapat juga menimbulkan penyakit batiniah yang tak kalah dahsyatnya, misal berbohong, mencuri dan merampok, secara tradisonal dan canggih, baik itu uang atau harta keluarga sendiri, masyarakat sampai uang dan harta negara.
Banyak yang hidupnya sengsara, justru diawali dengan tidak mampu mengendalikan nafsu darinya. Banyak anak terlantar, banyak anak terpisah dan atau kehilangan kasih sayang ayah-ibunya gara2 nafsu itu. Banyak keluarga berantakan gara2 dia juga.
Mereka tutup lubang pembuangan. Mereka merenungi yang diperbuat, menahan diri dan janji tidak mengulangi membuang segala yang bisa merugikan diri, keluarganya, masyarakat dan negara. Mereka juga janji tak membuang limbah dirinya lahiriah sembarangan, janji tidak buang sampah sembarangaan.
Apalagi buang limbah industri yang merusak kesehatan dan membahayakan kelestarain alam, sebab kelak harus dipertanggungjawabkan di hadapan YME. Mereka juga janji bersifat batiniah atau “non fisik”, seperti buang masalah atau cuci tangan atas masalah yang ditimbulkan. Lempar batu sembunyi tangan. Melempar masalah dapat menciptakan perpecahan di keluarga, masyarakat dan negara.
Tak terasa air mata menetes di pipinya, mengenang kerugian, kerusakan, kehancuran di keluarga, masyarakat, Negara dan dunia akibat tidak bisanya mengendalikan hawa nafsu atau minat berlebihan dari 9 lubang di diri manusia itu, skala kecil dan skala besar yang terjadi di masyarakat, regional, nasional sampai internasional. Kerusakan hutan, naiknya permukaan air laut, melelehnya es di kutub, banjir bandang, tanah longsor, perang dari akibat nafsu dari ke sembilan lubang hawa tadi.
Suasana kini makin sunyi, seakan dunia berputar berhenti. Suasana senyap, seakan semua jadi lenyap. Suasana lengang, seakan semua binatang berhenti berlenggang. Pada saat situasi seperti itu, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan adanya suara yang antara terdengar dan tiada. ” Kanda, hamba yang datang”.
Serentak, tanpa ada aba2, semua mengernyitkan kening, membuka lebar telinganya, berusaha mendengar suara. Mereka berusaha menangkap suara itu lebih jelas, apa itu suara hantu dihutan itu, suara raksasa, suara manusia, suara batang pohon yang bergesekan ditiup angin, atau bahkan hanya halusinasi mereka saja. Bersambung Jum’at depan……….; (Widartoks 2017; dari grup FB-ILP)- FR