Jakarta (PR)-Menpar Arief Yahya menekankan pentingnya pengelolaan danau untuk meningkatkan perekonomian warga melalui pariwisata. Empat danau jadi sorotan pemerintah : Danau Toba, Danau Maninjau, Danau Limboto, dan Danau Rawa Pening.
Arief melihat problem karamba yang membuat mutu air di danau vulkanik terbesar dan terdalam di dunia itu belum dapat solusi. Padahal, deadline-nya akhir Desember 2016 harus beres, terutama milik perusahaan2 pembesaran ikan.
Arief Yahya membeber itu dalam lokakarya nasional bertajuk Pengelolaan Danau Berkelanjutan: Sinergi Program dan Peran para Pemangku Kepentingan di Jakarta 9-10/5/17. Lokakarya yang diselenggarakan Kemen-PPN/Bappenas bekerja sama dengan Knowledge Sector Initiative (KSI) itu dihelat di 2 tempat.
Hari pertama di Kemen-PPN/Bappenas dihadiri akademisi, peneliti, dosen Universitas Helsinki Pasi Lehmusluoto, serta perwakilan kementerian/lembaga. Hari kedua digelar di Hotel Aryaduta. Hadir dalam lokakarya itu : Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar beserta para pemimpin daerah.
Empat Danau
Mereka mengupas banyak hal2, termasuk kondisi dan permasalahan pengelolaan danau di 4 lokasi. Empat lokasi itu, Danau Toba, D-Maninjau, D-Limboto, dan D-Rawa Pening. Empat danau ini rata2 menghadapi masalah lingkungan yang sama, seperti karamba, eceng gondok, dan penurunan debit air.
Para bupati sebagai pengelola danau juga memaparkan secara gamblang realitas yang terjadi dalam mengelola danau di wilayahnya. Misalnya, isu karakteristik, masalah, dan pengelolaan danau yang berbeda. Lokakarya itu memiliki tiga agenda utama.
Pertama, mengidentifikasi isu2 penting dalam pengelolaan danau. Kedua, mendapat solusi penanganan. Perencanaan, kelembagaan, dan regulasi secara strategis berperan dalam pengelolaan danau berkelanjutan. Ketiga, membangun koordinasi antarpemangku kepentingan, mewujudkan keseimbangan aspek ekologi dan ekonomi dalam mendukung pembangunan nasional dan daerah.
Arief Yahya mengatakan, danau memiliki peran penting untuk perekonomian warga. “Danau sebagai suatu destinasi wisata alam (nature) perlu dijaga dengan baik. Karena, semakin dilestarikan semakin menyejahterakan,” katanya.
Arief membahas solusi kebijakan pengelolaan danau yang meliputi perencanaan, kelembagaan, hingga regulasi. Kesempatan Indonesia memaksimalkan danau mendongkrak perekonomian melalui pariwisata terbuka lebar. Sebab, Indonesia punya 840 danau dengan total luas mencapai 7.103 km2.
Danau berfungsi sebagai sumber daya produktif : Sumber air (baku) dan pemenuhan kebutuhan sosial dan ekonomi lain. Saat ini, pemanfaatan ekosistem danau di Indonesia makin meningkat. Hal itu sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan kegiatan ekonomi yang semakin berkembang.
Kendala pengelolaaan danau
Mengelola danau bukan tanpa kendala. Belum maksimalnya sinergi pengelolaan danau antarinstansi, antarprogram, serta antarpemangku kepentingan masih terjadi. Ini menambah kompleksitas permasalahan
“Untuk itu, mengelola danau harus single management. Sama dengan Badan Otorita Pariwisata (BOP) yang single management, agar kewenangannya jelas-tegas” katanya. Arief membahas Danau Toba di Sumatera Utara. Kemenpar memang sudah menjadikan Danau Toba sebagai satu dari sepuluh Bali Baru.
Sembilan destinasi lain : Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu (DKI), Candi Borobudur (Jateng), Gunung Bromo (Jatim), Mandalika Lombok (NTB), Pulau Komodo (NTT), Taman Nasional Wakatobi (Sultra), dan Morotai (Maluku Utara).
Danau Toba
Arief lantas menjadikan danau di Hangzhou, Tiongkok sebagai benchmarking pengelolaan D-Toba. Hangzhou memiliki Danau Xi Hu atau West Lake yang terkenal. Pada 2015, danau yang dikenal dengan cerita Sampek Eng Tai dan legenda Ular Putih itu didatangi 120 juta wisatawan domestik dan tiga juga wisatawan mancanegara.
Menurut Arief, D-Toba berpotensi jadi world class tourism destination. Sebab, Danau Toba itu terdalam di dunia. Danau Toba juga danau vulkanik terbesar di dunia. Danau Toba danau terbesar kedua setelah Victoria Lake di Afrika. “Pengaturan kunjungan wisatawan ke danau di Hangzhou luar biasa. Aspek 3A (atraksi, akses, dan amenitas) terintegrasi dengan baik,” kata mantan Dirut PT Telkom itu.
Mendesak ditangani
Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, diperlukan terobosan agar dapat mengatasi permasalahan pengelolaan danau. “Penyelamatan danau sangat mendesak untuk ditangani agar danau tetap mampu memberikan manfaat bagi kehidupan manusia,” ujarnya.
Mantan menkeu itu menuturkan, multiguna ekosistem danau dalam menopang kegiatan ekonomi, sosial, dan budaya memerlukan sistem pengelolaan yang memenuhi kaidah tata ruang yang benar. Juga diperlukan regulasi dan kelembagaan yang jelas dan kelestarian fungsi ekosistemnya yang terus terjaga.
Dia tambahkan, pemanfaatan ekosistem danau seharusnya selaras pembangunan berkelanjutan. Untuk itu, perlu pengelolaan danau terpadu berbasis pendekatan holistik dari aspek ekonomi, sosial, budaya, tata ruang, serta kepariwisataan.
Pengelolaan danau berkelanjutan tidak hanya dikerjakan satu lembaga/institusi secara eksklusif, tapi butuh upaya bersama berbagai pihak, swasta dan masyarakat. Dengan kata lain, pengelolaan danau berkelanjutan harus suatu aksi kolektif (collective action) dari berbagai berbagai pemangku kepentingan.
“Meski pemangku kepentingan umumnya bertujuan beda, tapi dalam upaya pengelolaan dan optimalisasi potensi danau, seluruh pemangku kepentingan harus bertujuan bersama. Agar collective action ini berjalan, butuh koordinasi dari seluruh pemangku kepentingan. Ini terutama di antara para pemangku kepentingan kunci yang jadi penentu dan motor penggerak seluruh proses,” kata Bambang.
Tindak lanjut hasil lokakarya pengelolaan danau ini untuk memberi pijakan penyusunan kebijakan dan membangun sinergi antara pemangku kepentingan. Ini penting, pusat dan daerah, menyelesaikan permasalahan pengelolaan danau ke depan. Kebijakan ini diharapkan memperkuat perencanaan, kelembagaan, dan regulasi dalam pengelolaan danau di Indonesia mendatang.
Pengelolaan danau jadi komitmen berbagai negara dalam upaya menyelamatkan keberlanjutan fungsi ekosistem yang kini kondisinya dinilai makin memprihatinkan. Terkait hal itu, World Lake Conference (WLC) ke-16 yang diselenggarakan di Bali November 2016 merupakan forum internasional penting.
Forum ini bertujuan berbagi dan bertukar pengetahuan dan pengalaman dalam pengelolaan danau, pengembangan arah kebijakan operasional dalam rangka pemulihan kondisi danau, serta pengelolaan dan pemanfaatan danau yang seimbang antara konservasi dan ekonomi. (http://www.pikiran-rakyat.com/wisata/2017/05/12/pengelolaan-empat-danau-ini-jadi-sorotan-kementerian-pariwisata-400999)-FatchurR