Belanja bulanan di Ritel Non-Muslim itu menyenangkan. Lokasinya tersebar di banyak tempat, sehingga mudah dijangkau. Bukanya 24 jam, lampunya terang benderang. Parkir mudah, barangnya lengkap dan dijamin tidak kadaluwarsa. Yang paling menyenangkan banyak dan macam2 bonusnya.
Bisnis Ritel di Indonesia berkembang pesat. Pemilik Alfamart misalnya masuk dalam daftar 40 orang terkaya di Indonesia (forbes 2016). Dari 5500 mini marketnya ia menyabet sales sampai 46 Trilyun (2016) dan terus tubuh dalam dua digits.
Sedang belanja di toko Muslim, sedikir repot. Mungkin malah harus di beberapa tempat, karena jarang Ritel Muslim yang dagangannya lengkap. Lagipula ritel Muslim kadang sedikit lebih mahal dan miskin bonus. Tidak menarik.
Tapi siapa lagi yang membesarkan ritel Muslim, kalau bukan umat Islam sendiri? Katanya negeri kita ini jumlah umat Islamnya terbesar di dunia. Mengapa ritel muslim justru terpinggirkan di lumbung Muslim sendiri?
Bayangkan bila 50 juta keluarga Muslim ini tiap bulan belanja kebutuhan sehari-hari rata-rata Rp. 1 juta saja di Ritel Muslim. Tambahan ‘captive-market’, sudah 50 Trilyun setiap bulan, jadi dalam satu tahun 600 Trilyun ! Wow?!!
Bila belanja di ritel muslim sedikit lebih mahal ya hitung2 sedekah-lah. Lha kalau belanja di ritel muslim sedikit lebih jauh, ya hitung-hitung pengorbanan, toch ibadah sehari-hari juga berkorban. Ayo, rubah gaya hidup anda sekarang juga. Kita besarkan ritel saudara kita sendiri. (Sadhono Hadi; dari grup WA-BPTg)-FR