Imam Al Gazali lahir di kota Tus, Gazalah, Afrika Utara, kini wilayah Libya. Nama aslinya Abu Hamid Muhammad bin Muhammad, namun lebih mashyur dengan Al Gazali at Tusi. Sejak muda selain dididik ayahnya, ia dapat bimbingan dari ulama2 besar, seperti Jusuf An-Nassj, Imam Al Haramain al-Juwaini dan Imam Abu Nasher al-Ismaili.
Saat masih muda sudah di tugaskan oleh Perdana Menteri Nizam Al Mulk dari Bani Seljuk yang terpukau akan penguasaan ilmunya, untuk menjadi guru besar di Nizamiyah (1090) di Baghdad. Madrasah ini menjadi cikal bakal Universitas di masa depan.
Setelah lima tahun ia mengajar, ia mengundurkan diri dan merenung akan jalan hidup yang ditempuhnya selama ini. Ia kemudian menekuni Tasawuf, yang kemudian bisa membawa ketentraman bathin kepadanya.
Al Gazali banyak menulis buku, diantaranya buku2 mengkritik pemikiran filsuf2 yang menurutnya menyalahi Islam, bahkan membawa kekufuran. Ia mengembara ke tempat2 dimana ia menjalani kehidupan seorang sufi yang kadang orang tidak mengenalnya lagi. Ia mengasingkan diri dan menyendiri di masjid Damascus dan melahirkan buku2 tentang fiqih dan tasawuf.
Lima belas tahun kemudian (1105) ia kembali mengajar di Nizamiyah memenuhi panggilan putra Nizam, Fakhr al-Mulk. Ia hanya mampu bertahan sebentar kemudian pulang ke kampung halamannya di Tus, mengelola sebuah sekolah khusus untuk calon Sufi dan meninggal pada tahun 1111.
Pemikiran2 tentang kesederhanaan, kesabaran, zuhud bahkan kekafiran yang banyak di sampaikan kepada penguasa dinasti Saljuk (diantaranya Sultan Malik Syah) : Ajaran moral, yang mungkin bukan saja masih relevan saat ini, melainkan justru makin diperlukan. (Sadhono Hadi; dari grup WA-BPTg)-FR