ANAS BIN MÂLIK RA meriwayatkan bahwa Rasûlullâh saw bersabda: Di antara manusia ada yang menjadi pembuka kebaikan serta penutup keburukan, dan ada pula yang menjadi pembuka keburukan serta penutup kebaikan. Sungguh beruntung seseorang yang Allâh letakkan di tangannya kunci2 pembuka kebaikan dan celaka dia yang Allâh letakkan di tangannya kunci2 pembuka keburukan. (HR Ibnu Mâjah)
Kebaikan, sesuatu yang diridhai Allâh sedang keburukan sesuatu yang dimurkai Allâh. Jika Allâh meridhai seseorang, Dia menjadikannya sebagai kunci pembuka kebaikan. Ketika memandangnya kita segera teringat kebaikan. Di mana pun dia berada, kebaikan datang bersamanya. Ketika namanya disebut, yang terdengar hanyalah kebaikan. Jika dia berbicara, yang terucap hanyalah kebaikan.
Allâh menghiasi dirinya dengan berbagai sifat mulia, sehingga siapa pun yang bertemu dengannya akan menjadi baik; melakukan kebaikan, mengucapkan kebaikan, memikirkan serta merenungkan kebaikan. Di mana pun berada, dia menjadi kunci pembuka kebaikan. Setiap orang yang bergaul, berteman dan bersahabat dengannya pun memperoleh kebaikan.
Sebaliknya, ada orang yang siapa pun bertemu dengannya jadi buruk, berbuat jahat, berkata kotor, berpikir jorok, dihatinya tersimpan keburukan. Di mana pun berada, dia penyebab terbukanya keburukan. Siapa pun yang bergaul dan bersahabat dengannya akan memperoleh keburukan.
Persahabatan dengan pembuka kebaikan merupakan obat yang memperkuat imanmu, sedangkan pertemanan dengan orang kedua (kunci pembuka keburukan) merupakan penyakit yang melemahkan iman.
Seseorang yang hatinya hanya memikirkan dunia, maka ketika bertemu denganmu dia akan membicarakan dunianya. Sedang yang hatinya memikirkan Allâh, Penciptanya, maka ketika bertemu denganmu dia akan menyebut-Nya. Setiap orang akan menyampaikan kepadamu apa yang dia anggap baik dan sesuai dengan isi hatinya.
Orang yang membicarakan dunia akan membuatmu menginginkan dunia. Dia akan menjadikan dunia tampak indah di matamu. Mendengarkan ucapannya hanya akan mendatangkan penyakit, menjerumuskanmu dalam kebinasaan dan kehancurannya.
Orang yang membicarakan akhirat, membuatmu menginginkan akhirat dan memandang indah akhirat. Dia akan membuatmu memandang rendah dunia, berzuhud padanya dan waspada bahayanya. Sebab, dia akan memberitahukan kepadamu fitnah dan tipu daya dunia, menceritakan padamu omong kosong dunia dan perhitungan berat yang kelak ditemui para pecinta dunia dan kedahsyatan hari kiamat.
Orang yang membicarakan keagungan Allâh, akan membuatmu meyakini pengaturan Allâh dan istiqamah dalam beribadah (menghamba) kepada-Nya. Ia akan membuatmu lupa dirimu sendiri dan segala sesuatu selain-Nya. (Nanang Hidajatl Dikutip dari Kitab Nawâdirul Ushûl Fî Ma’rifati Ahâdîtsir Rasûl, Cet.1, juz.1, Dârul Kutubil ‘Ilmiyyah, Beirut, 1992, hal.277, karya Abû ‘Abdillâh Muhammad Al-Hakîm At-Tirmidzî, http://bit.ly/majelisarraudhah)-FR