Jakarta-Pergeseran pola penyakit dapat dilihat dari fakta2 di antaranya pada 1990-an, penyebab kematian dan kesakitan terbesar itu penyakit menular, seperti Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), Tuberkulosis (TBC), dan Diare.
Namun sejak 2010, penyakit tidak menular (PTM) : Stroke, jantung, dan DM (penyakit katastropik) proposinya lebih besar di layanan kesehatan. Ini dipicu perubahan ke arah gaya hidup tidak sehat : Kurangnya aktivitas fisik, kurang asupan sayur dan buah, merokok, konsumsi alkohol, dsb. Berkaca dari kenyataan ini Kemenkes mengampanyekan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas).
Gerakan ini untuk menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran berperilaku hidup sehat di kalangan masyarakat Indonesia. Fokus utamanya untuk 2016-2017 ini, yakni melakukan olahraga secara teratur, konsumsi sayur dan buah, serta memeriksa kesehatan secara berkala.
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kemkes dr HR Dedi Kuswanda M Kes mengatakan Germas diharapkan dapat membangkitkan kesadaran dan motivasi keluarga dan masyarakat bahwa sehat harus dimulai dari diri sendiri.
Saat ini Indonesia menghadapi tantangan perubahan pola gaya hidup yang ditengarai penyebab terjadinya pergeseran pola penyakit (transisi epidemiologi) dalam 30 tahun terakhir. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Suplemen Kesehatan Indonesia (APSKI) Patrick A Kalona mengatakan produktivitas dan kemajuan negara ini dapat tantangan dari sisi kesehatan dengan berbagai fakta itu.
“Maka itu, gerakan positif ini perlu didukung dari berbagai pihak, tidak hanya dari pemerintah pusat dan daerah, kementerian dan lembaga pemerintahan serta masyarakat, namun juga pihak swasta dan seluruh pemangku kepentingan yang ada. APSKI mendukung penuh gerakan ini,” ungkapnya dalam konferensi pers APSKI Dukung Program Nasional Germas.
Dewan Pakar Ilmiah International Alliance of Dietary Supplement Associations (IADSA) Andrew Show mengatakan para perlaku di industri nutrisi telah menyadari akan terjadinya fenomena pergeseran pola gaya hidup yang akan berakibat pada pergeseran pola penyakit.
Ilmuwan gizi dan pembuat kebijakan di negara maju telah menggeser fokus mereka dari sebelumnya berurusan dengan penyakit yang disebabkan kekurangan nutrisi ke paradigma baru yang bertujuan untuk mengatasi kondisi kelebihan nutrisi.
Keilmuan, tentang nutrisi pun telah melakukan evolusi, mulai menggunakan pendekatan reduksionis. Pendekatan ini telah diperluas dalam beberapa tahun terakhir untuk menjadi lebih holistik agar masyarakat lebih memahami peran nutrisi dalam konteks yang lebih luas dari pola diet.
“Pendekatan ini berujung pada pemahaman penuh dari lanskap diet hubungan interaksi antara faktor gizi, diet, sosial, perilaku, dan lingkungan,” kata Andrew. Michelle Stout pakar dari IADSA memaparkan mengenai pendekatan nutrisi untuk mengurangi dan mencegah PTM yang terbukti dapat mengurangi biaya perawatan kesehatan di negara maju.
“Sebagai contoh, studi terhadap omega 3 di Amerika Serikat memiliki hasil yang baik dimana konsumsi nutrisi ini secara rutin dapat menekan angka penyakit jantung koroner,” pungkas Michelle. (tdy; Sri Noviarni; https://lifestyle.sindonews.com/read/1213260/155/yuk-mulai-sekarang-hidup-sehat-1497346336)-FatchurR