(Surya.co.id; Lamongan-Masjid Namira)-Nama ini diambil dari nama masjid di Arafah, Arab Saudi.
Masjid ini beda dengan bangunan masjid di Indonesia. Bangunan masjid di timur Jalan Raya Tikung, Desa Jotosanur, Kec-Tikung ini lebih menyerupai masjid2 di Timur Tengah.
Tapi siapapun yang masuk ke masjid ini akan merasakan bak di Masjidil Haram Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Di bagian dalam masjid juga terasa aroma parfum yang didatangkan langsung dari Arab. Karpet tebal setiap menjelang Maghrib disemprot dengan parfum Surati.
Ada kain kiswah yang biasanya terpasang sebagai penutup Ka’bah di Makkah. Kain kiswah itu terpasang di depan mihrab imam. Dan potongan2 di bagian depan yang dipigura rapi. Wakil takmir Masjid Namira, Ahrian Saifi, membeberkan, bangunan masjid Namira yang pertama sebelumnya hanya menampung sekitar 500 jamaah.
Masjid lalu diperluas sehinga daya tampungnya jadi 3x lipatnya. Total luasnya 2, 7 HA. Masjid Namira dibuka pertama kali pada 1 juni 2013 dan untuk perluasan masjid Namira, baru dibuka pada 1 Muharam yang lalu. “Perluasan terus dilakukan , termasuk lahan parkir,” katanya.
Ini untuk menciptakan agar masyarakat muslim yang belum berkesempatan ke tanah suci atau rindu suasana Masjid di Makkah dan Madinah, bisa merasakan nuansa itu di Masjid Namira Lamongan.
Mengenai perawatan masjid ini, dalam sebulan, biayanya mencapai Rp 200 juta.
Sebagian besar digunakan untuk biaya listrik karena AC yang tak pernah dimatikan. Selain untuk penerangan, tenaga kebersihan dan kebutuhan lain. Masjid Namira ini mulanya dibangun pengusaha kaya yang bisnisnya mulai dari toko emas, tambak hingga sejumlah SPBU. Setiap menjelang adzan, dikumandangkan rekaman bacaan Al-quran yang diimpor dari Arab Saudi.
Semua diciptakan seperti di Makkah dan Madinah. Sejumlah pohon kurma juga ditanam di sekitar lingkungan masjid. (http://surabaya.tribunnews.com/2017/06/17/masjid-namira-lamongan-semuanya-dibuat-mirip-masjid-di-makkah-atau-madinah)-FatchurR