(Re-write dari tulisan WA sebelah)-Mas Mukimin punya banyak koleksi video “miring” di HP-nya dan ia rajin share ke 10 WA grup yang ia bergabung. Umpama setiap grup memiliki 50 anggota, maka video itu ditonton oleh 500 orang. Rata-rata tiap video memiliki lebar freq 5 Mb.
Coba kita hitung akibat aksi Mas Mukimin ini dalam bahasa digital. Harga 2 Gega Bit kartu 3 adalah Rp 35 ribu (di Sleman). 1 Gbit = 1024 Mbit. Jadi setiap Mbit nilainya 35 ribu/2048 = rp. 17,- Jadi untuk men down load satu video menghabiskan 5 x 17 = Rp 85,-
Mas Mukimin rata2 kirim video sampah yg hanya membuat orang penasaran rata2 seminggu 1x, atau 50 kali setahun, jadi seorang teman Mas Mukimin, tiap tahun menghabiskan uang rp 4.250,- atau seluruh member dari semua grup Mas Mukimin disedot 500 x 4250 = Rp 2,125 juta. Andaikata video yg miring itu di share 3 kali rp 6,375 juta.
Pelanggan seluler di Ind 200 jt, bila hanya 5 % saja seperti mas Mukimin, maka setiap tahun Operator mendapat revenue Rp 63 Trilyun!!! Wow !!! Luar biasa hanya dari bisnis video miring yang sekedar mengumbar gambar miring!!!
Dari 63 Trilyun itu, 35% di-bagi2 dengan pemilik saham dari Singapore atau sekitar 22,75 trilyun. Pantas Singapore tambah kaya terus, operator Ind profitnya terus naik dobel digits, dan rakyat Ind tambah miskin saja. Maaf, hitung2an saya pasti salah, silahkan dikoreksi. (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR
Tanggapan SSA
p SH sudahmenggambarkan bagaimana kita “dikerjain” operator utk mendatangkan keuntungan baginya. Anehnya dg dalih demi nasionalisme, demi gengsi, kita bangga bisa menyebar video ataupun berita miring yg notabene dimungkinkan mengganggu perasaan orang lain. Kalau di Medsos umum mungkin kita tidak peduli apapun yang terjadi.
Tapi di WAG yang menghendaki menu lain pangsiunan, alangkah sedihnya jika tidak disadari pesertanya bosan karena sudah pernah lihat dan kemudian berdiam diri tanpa reaksi & partisipasi. Itupun masih untung bila tidak LEFT.
Karenanya mari kita jangan terjebak pada skenario operator dan (setidaknya belajar) menjadi menjadi penulis atau pembaca yang bijak. Insya Allah kita bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan pangsiunan seantero Nusantara. *Viva Nusabtara* Aamiinn ya Robbial Aamiin. (SSA)
Respon dari MAF
Bicara masalah kuota, memang menjadi menarik seperti yg pak SH tuliskan. Bahkan karena wawasan saya yg terbatas, seperti kegemaran saya mengonsumsi tahu atau tempe, tidak pernah terlintas dengan mengonsumsi kedua jenis makanan tsb.
Ternyata berdampak besar pada ketidakseimbangan neraca perdagangan negara kita, karena bahan baku tahu dan tempe yg kita konsumsi ternyata hasil impor dari negara lain.
Nah, menyangkut masalah kuota untuk internetan, yang saya lakukan sekarang ini ya cari yang paling hemat, tapi saya bisa bebas berkreasi tanpa batas. Caranya, kalau saya di rumah, cukup pakai WIFI, sekalian diniatkan untuk bersedekah kalau ada tamu yg butuh.
Bisa utk 10 orang. Nah kalau di hotel atau lagi ngobrol di warung yang ada fasilitas WIFI, ya saya tidak malu utk menanyakan passwordnya. Jadi, selama ini rasanya belum ada keluhan terhadap kuota. Salam sehat, sukses dan bahagia. (MAF; dari grup WA-VN)-FR