Demikianlah bayi Gatutkaca telah lahir dan menimbulkan masalah2. Pada kurun waktu yang sama, di kayangan, tempat tinggal dewa2 terjadi kekacauan. Waktu itu kayangan kedatangan raksasa Patih Sekipu utusan rajanya : Prabu Kala Pracona untuk melamar Dewi Supraba, bidadari cantik di kayangan.
Tentu lamaran ini ditolak oleh para dewa, sebab kata dewa, tiap dewa dan makhluk sudah punya jodoh sendiri2 dari golongannya. Dewa jodohnya dewi, brahmana – brahmani, raksasa – raseksi. Namun Patih Sekipu bersikeras melamar Dewi Supraba, maka Patih Sekipu mengamuk di kayangan. Tidak ada satupun dewa yang berhasil, mengalahkannya.
Batara Guru sebagai rajanya para dewa kemudian memerintahkan Batara Narada sebagai patihnya para dewa agar mencari jago dari kalangan manusia, kesatria. Maka Batara Narada lalu turun ke bumi dan sesuai pesan Batara Guru, jago para dewa itu adalah anaknya Bima yang baru saja lahir.
Batara Narada lalu turun ke bumi menemui Bima, Arimbi, para pandawa dan Kresna yang merupakan sepupu para pandawa yang kala itu mulai menjadi penasehat mereka. Batara Narada mengutarakan maksud kedatangannya untuk meminjam Gatutkaca.
Gatutkaca yang masih bayi dipinjam oleh Batara Narada dan dibawa ke kayangan. Di kayangan bayi Gatutkaca dilemparkan ke Patih Sekipu dan dikatakan dia itu sebagai jagonya para dewa. Oleh Sekipu bayi itu diinjak-injak, dibanting, namun tidak mati.
Patih Sekipu yang malas melawan bayi, meminta Narada mencari jago yang sudah dewasa. Gatut kaca lalu dibawa Batara Narada dan diceburkan ke kawah candradimuka, dan para dewa melemparkan berbagai senjata sakti kepadanya. Setelah selesai bayi itu diambil dan ternyata berwujud manusia dewasa nan sakti mandraguna.
Batara Guru lalu memberikan tiga pusaka tambahan. Pertama caping basunanda yang berfungsi jika hujan tidak kehujanan dankalau panas tidak kepanasan. Kedua kutang antarkusuma yang jika dipakai bisa terbang seperti burung tanpa sayap. Ketiga selaput pada, yang kalau terbang di atas tanah bisa lancar tanpa terkena gaya gesek dan gaya grafitasi. Maka kini Gatutkaca bertambah sakti.
Kata para dalang dalam menggambarkan kesaktian Gatutkaca : ” Sekti mandraguna. Otot kawat balung wesi. Tan tedhas tapak paluning pandhe, sisaning gerinda. Bisa mabur tanpa lar, bisa mletik tanpa suthang” yang artinya sakti mandraguna, otot seperti kawat, tulang seperti besi.
Tahan terhadap pukulan palunya tukang pande besi, tidak tergores jika digerinda. Bisa terbang tanpa sayap dan melenting (meloncat seperti binatang belalang) tanpa “suthang” (kaki belakang yang panjang).
Gatutkaca lalu dipertemukan lagi dengan Patih Sekipu dan singkat cerita akhirnya bisa membunuhnya. Kemudian raja dari Patih Sekipu, yaitu Kala Pracona juga bisa dikalahkan dengan memelintir lehernya sampai tewas.
Pada saat Gatutkaca menginjak dewasa sesuai umurnya, sudah banyak keluarga pandawa yang mempunyai anak juga. Maka Gatutkaca mempunyai banyak saudara sepupu. Putra Puntadewa ada Pancawala, dari Arjuna punya banyak anak, seperti Abimanyu, Bambang Irawan, Bambang Prabakusuma, Wisanggeni, Bambang Priyambada, Bambang Wijanarka dan masih banyak lagi.
Putra Sadewa ada dua: Niken Sayekti dan Bambang Sabekti. Putra Nakula Bambang Pramusinta dan Dewi Pramuwati, serta Dewi Sritanjung. Kresna yang jadi raja di Kerajaan Dwarawati juga mempunyai anak yang juga merupakan saudara Gatutkaca lainnya, saudara tua, yaitu Setija, Sembadra dan Samba.
Sementara itu kakaknya yang bernama Antareja juga sudah muncul dari dalam bumi, yaitu ketika ada peristiwa Sembadra Larung, seperti telah kita bahas di cerita sebelumnya.
Gatutkaca kemudian dibawa ke kerajaan Pringgadani. Di sana, sebelumya pemegang tampuk kekuasaan adalah Dewi Arimbi. Maka Gatutkaca lalu diwisuda menjadi raja di sana, sebagai raja muda Pringgadani. Semua adik Arimbi yang juga paman dari Gatutkaca sangat gembira dengan pengangkatan Gatutkaca sebagai raja Pringgadani.
Karena Gatutkaca masih muda dan sering ke negara ayahnya yang jadi kerajaan ramai bernama Kerajaan Amarta atau Kerajaan Indraprasta, maka pimpinan di Pringgadani jika Gatutkaca pergi dipegang oleh paman2nya, seperti Braja Wikalpa, Braja Musti, Braja Denta, Braja Lamatan dan si bungsu Kalabendana.
Mereka bahu membahu melaksanakan pemerintahan Pringgadani dengan rukun selalu, walau ada juga yang sebenarnya tidak senang dengan pengangkatan Gatutkaca sebagai raja Pringgadani. Mengapa? Karena Gatutkaca adalah putra Bima yang telah membunuh kakak tertua mereka, raja mereka, Arimba.
Demkianlah, Gatutkaca yang makin dewasa juga mulai dilanda perasaan cinta. Selain cinta ortu, cinta tanah air, juga cinta kepada lawan jenis. Mulai dimabuk asmara. Putri manakah yang menjadi idamannya? Kita bahas di tulisan mendatang. Bersambung Jum’at depan….. (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR