Jakarta- BPPT dalam Kongres Teknologi Nasional (KTN) yang akan digelar 17-19 Juli 2017 akan meluncurkan outlook teknologi kesehatan obat herbal. KTN kedua ini fokus teknologi bidang kesehatan, teknologi informasi, dan komunikasi (TIK) dan transportasi.
BPPT mengajak berbagai pihak ikut berpartisipasi di KTN yang bertema Inovasi Teknologi untuk Daya Saing dan Kemandirian Bangsa. KTN ini akan dihadiri : Menteri, pakar, dan ahli dari dalam dan luar negeri. Deputi Bidang Teknologi Informasi Energi dan Material BPPT yang Ketua Panitia KTN Hammam Riza mengatakan, gelaran KTN ini dalam rangkaian HUT ke-39 BPPT dan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional 2017.
“Kita akan menghasilkan rekomendasi teknologi untuk mendukung pembangunan, industri, daya saing dan layanan teknologi sesuai Nawacita di RPJMN 2015-2019,” katanya dalam Kick Off KTN 2017 di Jakarta, Rabu (21/6).
Untuk bidang kesehatan, akan diluncurkan outlook kesehatan. Dalam rekomendasinya ada solusi tekno bidang kesehatan, pembahasan arah dan kebijakan, kemandirian industri farmasi, dan biofarmasi.
Kepala Balai Bioteknologi BPPT Agung Eru Wibowo mengungkapkan, tantangan di bidang kesehatan besar. Pertumbuhan penduduk meningkat, pola persebaran penyakit bergeser. Untuk itu, produk farmasi dan alat kesehatan yang mengacu pada teknologi amat diperlukan. “Tanpa riset dan inovasi industri, kita terlibas dari luar negeri”.
Dalam outlook teknologi kesehatan obat herbal ada 4 pilar penting : Bahan baku obat, obat herbal, produk biofarmasi, dan alat kesehatan. Komponen itu salah satu potensi nasional Indonesia karena sumber kekayaan alamnya besar. “Variabel teknologi penting mendorong perkembangan industri bahan baku obat. Diharapkan obat herbal bisa dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan” katanya.
Melalui sentuhan teknologi obat herbal terjamin manfaat, keamanan dan kualitasnya. Terkait potensi sumber daya alam obat herbal, BPPT telah berekspedisi eksplorasi dan menemukan 2.500 tanaman yang dimanfaatkan masyarakat local, diekstrak dan di-screening. Balai Bioteknologi BPPT mengoleksi 25.000 isolat mikroba 10.000 : Di-screening untuk melihat aktivitas antimalaria sebagai kandidat obat.
Kemenkes, telah menginventarisasi 25.000 tanaman obat dan 10.000 di antaranya ramuan. “Potensi Indonesia luar biasa. Ini menjadi keunggulan komparatif kita dibanding negara lain. Jika tidak segera digarap maka negara lain yang masuk,” kata Agung. Data BPOM hingga saat ini ada 1.100 produk jamu, obat herbal terstandar 48 produk dan fitofarmaka 7 produk.
Melalui teknologi, BPPT ingin obat herbal terkonfirmasi lebih cepat kandungan dan manfaatnya. Hal ini penting untuk mendorong pelayanan kesehatan formal apalagi potensi Jaminan Kesehatan Nasional di Indonesia besar. (Sumber: Suara Pembaruan dan Ari Supriyanti Rikin / PCN; http://www.beritasatu.com/iptek/437920-bppt-siap-luncurkan-outlook-teknologi-kesehatan-obat-herbal.html)-FatchurR