(Halal bi halal TELKOM 1438 H, turut menjaga persatuan dan kesatuan bangsa). HBH Telkom, Rabu 5/7/17, adalah terusan dari tradisi tahunan sehabis Idul Fitri. Dalam suasana pagi cerah, HBH -seperti tahun2 silam diselenggarakan di eks Gedung Kantor Pusat Telkom, Graha Merah Putih, lantai 8, Jl. Japati No.1 Bandung.
Pagi itu saya pun melangkah hadir dengan hati senang ceria, karena di hari itu kebetulan IndiHome di rumah sedang lancar tanpa gangguan. Kalau pun rada kesel, boleh jadi itu dikarenakan banyak channel favoritnya justru diblokir serenta menawarkan menu bayaran paket ekstra. Duuuh.
Ketika melintas Gedung Sate, saya teringat 40 tahun lalu, saat saya muda dan remaja menyandang status karyawan baru di Perumtel (sekarang Telkom). Mengikuti acara wajib HBH tempo dulu, layaknya hadir dalam hajatan massal. Keniscayaan telekomunikasi sejak lahirnya adalah komunikasi antarmanusia, dan mendekatkan yang jauh.
Ketika itu “prosesi maaf lahir dan batin” digelar di gedung Kantor Pusat Perumtel di jl. Cisanggarung, Bandung (samping Gedung Sate). Karena zaman baheula acara HBH Perumtel digabung dengan Perum Pos & Giro, maka antrian mengular panjang sekali, lebih dari 500 meter pasti.
Hitungannya sekitar dua jam, kami yang kroco2 beringsut “padat merayap” untuk dapat bersalaman dengan alm. Dirut Willy Moenandir dan para bos Direksi dua BUMN itu. Setelahnya, di ujung penantian kami dapat jatah sekotak konsumsi. He he, kenangan indah amat mengesankan. Unforgetable memory!
Kini, 2017, sebagai pensiunan saya sedikit pun tidak berkeberatan ikut mengantri, toh bisa sambil ngobrol dengan banyak karyawan. Namun sebagai mantan Wakil Dirut, alhamdulillah kiranya saya masih diberi akses karpet merah untuk menyalami CEO Alex Sinaga, mantan Dirut dan sekarang Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Juga Direksi (masing2 plus istri) dan Komisaris Telkom Group. Masih seperti dulu, kala bertemu muka yang saya rasakan kehangatan khas Telkom dan nuansa ketulusan bersilaturahmi. Selesai salaman, rupanya mantan2 Direksi dapat kehormatan didaulat ikut melengkapi jejeran untuk menerima salam lebaran dari karyawan.
Sesuatu yang patut ditiru dari tradisi menerima salam Ied dari ratusan karyawan/wati dan para mitra kerja, adalah Direksi Telkom (lama dan baru) mengerti bagaimana pemimpin harus berekspresi ramah “melayani” pelbagai ragam salam Idul Fitri. Macam2, ada yang formal bilang maaf lahir dan batin; ada yang dengan bahasa daerah, dan ada pula yang sekedar nyengir.
Sebagai perusahaan jasa, hakekat “melayani bukan dilayani” benar harus dihayati. Sederhana, ukuran ikhlas pejabat dalam menerima audiensi lebaran adalah murah senyum, sabar dan empati. Apalagi asal kata dari lebaran adalah “lebar”. Lebar hati dan plong tanpa beban; begitu kan?
Bagaimana pun, bertemu, berkumpul dan bersilaturahmi dengan sesama mantan, sejawat dan yunior bagi saya dan purnabaktiwan itu kesempatan full happyness. Dari padanya terpetik pelajaran hidup yang nyata tiada keabadian dalam jabatan, segalanya akan berjalan bak roda pedati yang berputar dihela waktu; akan pula berakhir bagai sebuah pesta.
Sebagai insan mahluk Tuhan lemah, di diri kita tidak ada kesempurnaan dalam tutur kata, pergaulan dan berinteraksi, karenanya bersyukurlah kita tahun ini masih mendapat kesempatan untuk menghapus dosa dan khilaf melalui momen halal bi halal.
Sahabat Telkom Group, mari tetap merawat marwah (tele)komunikasi, sekaligus menjaga kebhinekaan, persatuan dan kesatuan bangsa. Selamat Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin. Apresiasi kepada Sekper Afrinaldi yang telah mengedepankan acara halal bi halal kebersamaan pagi ini dalam balutan warna merah putihnya. Salam Indonesia (garuda sugardo, bandung 5 juli 2017)-FR