Ehm, judul kok aneh gitu ya? emangnya hari lahir bisa dibuat versi seperti software up date?
Tapi begitulah kenyataan yang tentu saja menggelitik nurani 17 ribu karyawan PT Telkom Tbk dan 34 ribu pensiunannya yang tersebar di seantero negeri. Hal ini ternyata juga ikut bikin heran komunitas TIK.
Maklumlah PT Telkom ‘kan perusahaan BUMN yang besar banget, strategis dan salah satu motor penggerak industri maju di Indonesia. Saya bergabung di Perumtel (sekarang Telkom) tahun 1977. Sejak itu sampai tahun 2007 saya enjoy aja menikmati “ulang tahun” Telkom setiap tanggal 27 September. Walau ikut nempel di Hari Bakti Postel 27/9/45.
Acara gebyar HBPostel biasanya ada Porseni Nasional antar karyawan dan pensiunan. Pastilah seru dan patriotik, karena ada nuansa semangat ’45 di dalamnya. Pada upacara apelnya tahun 1999, sebagai mantan menwa, saya bahkan ditugasi jadi Komandan Upacara dengan Irup-nya Menhub Agum Gumelar.
Tahun 2010, saat saya jadi Waketum Telkom P2Tel, rasanya seperti kesamber geledek di siang hari bolong. Kala itu Direksi Telkom menetapkan “Hari Jadi Telkom” menjadi 2/10/1856. Karuan segenap jajaran P2Tel dipimpin Ketum Setyanto PS; Korps Veteran PTT/Postel dan SEKAR meradang. Bayangin bro, ujug2, pada 23/10/10 Telkom berulang tahun ke 154. Aje gile.
Saya pun ditugasi menyelenggarakan seminar P2Tel untuk mediskusikan kebijakan pro penjajah Belanda tersebut. Pada prinsipnya purnabaktiwan P2Tel “emoh menerima” hari lahir versi tahun 1856 yang ngawur tersebut.
Apakah kita tega menafikan jasa pahlawan Angkatan Muda PTT yang gugur di sekeliling Gedung Sate Bandung? Batu monumennya pun sampai sekarang masih kokoh berdiri. Tahun 1856 itu kan ceritanya tentang seorang meneer Sersan Marinir Belanda yang mengirimkan morse telegrap dari Bogor ke Batavia, jadi ngapain dijadikan patokan milad Telkom? Aduh-aduh…., edun banget.
Sejarah itu terkadang memang suka “dibengkokin”, tapi bagaimana pun pada dasarnya adalah lempeng dan lurus seperti sinar laser. Hari Rabu, tanggal 5 Juli 2017, sebagai mantan Direksi, saya mendapat kehormatan hadir di acara Halal Bi Halal Telkom di Graha Merah Putih, jalan Japati Bandung.
Di acara tersebut saya diberi tahu, bahwa besok harinya oleh Direksi Telkom akan digelar acara Ulang Tahun Telkom yang ke-52. Saya kaget juga, lho tahunnya bertambah, tapi umurnya bisa turun 109 tahun? Bukan tambah usia, kok malah jadi muda?
Direksi era Dirut Alex Sinaga dan Direktur SDM Herdy Harman, kiranya menerima dan mencermati masukan baru dari P2Tel dan Sekar. Di zaman kini, seluruh bangsa Indonesia gandrung persatuan dan kesatuan, menghidupkan kembali marwah Pancasila, UUD’45, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika; BOD Telkom mengkaji ulang sejarah Telkom dalam konteks kebangsaaan dan perjuangan bangsa kita.
Kendati tidak kembali ke 27 September, pilihan tanggal 6/7/1965 sebagai Hari Jadi Telkom, hemat saya adalah keputusan yang sangat relevan, jitu dan super. Pemisahaan PN Pos Giro dan PN Telekomunikasi adalah peristiwa korporasi dan berada dalam kerangka Indonesia merdeka.
Bila mengambil referensi “saat pertama ada”, maka bisa-bisa hari lahir TNI, Polri, Kereta Api, PLN, Pertamina dll jatuhnya di zaman kolonial Belanda, donk.
Salut dan bravo untuk Direksi Telkom atas koreksi hari lahir tersebut; dan selamat kepada seluruh keluarga besar Telkom Tbk atas diperolehnya “akta kelahiran” Perusahaan yang sekarang bernuansa Indonesia. Ingat ya, hari lahir Telkom kita sekarang adalah 6 Juli 1965. Telkom kita adalah Telkom Indonesia, kantor pusat kita Graha Merah Putih, merah darah kita dan putih tulangnya.
Saya Keluarga Telkom Indonesia. Saya Cinta Indonesia. Salam Indonesia (*garuda sugardo*, Mantan Wadirut Telkom, Mantan Waketum P2Tel)