(Contoh : Tulisan KBY)-Saya mulai menulis cerita lucu tahun 2000-an, di milis. Mengapa? Pertama waktu saya bujang lokal, kerja di Jakarta, keluarga di Bandung. Jadi tiap hari sampai malam di kantor, pulang2 ke kos tinggal tidur. Kalau di atas jam 18, tidak selalu kerja. Nonton TV, dengar musik, baca2, dsb.
Saat itu saya perhatikan di kantor banyak orang bekerja serius. Kayaknya dikejar target pekerjaan. Maka saya mulai menulis cerita lucu, menghibur kawan2, khususnya yang ada di milis, yang ada dikantor itu atau di manapun berada. Cerita saya copy atau disadur dari majalah/koran. Saya menulis tiap hari Rabu.
Karena hari Rabu itu semua karyawan Telkom dihimbau pulang tepat waktu, jam 17.00. Sebelum pulang saya berharap mereka membaca dulu tulisan saya 5 menit saja, sehingga sampai rumah wajahnya tersenyum, bukan manyun memikirkan kerjaan berjibun.
Tahun 2009 mulai menggunakan FB. Maka cerita lucu itu lalu saya tulis di FB. Waktu itu tulisan dibatasi 70 kata saja. Entah tahun berapa, mungkin 2013 tulisan di FB bisa panjang. Maka saya bisa menulis cerita lucu agak panjang. Saya beri judul rubrik Selingan Rabu, kadang tidak ada judul rubriknya.
Lama2 saya pikir cari judul rubriknya. Ketemulah Kok Bisa Ya, yang terinspirasi dari judul rubrik “Opo Tumon”, “Ah Masak”, dsb, plus singkatan KBY yang mirip singkatan presiden waktu itu. Jadilah : KBY. Kok Bisa Ya? Begitu. Kemudian saya beri tahun pembuatannya, agar ada catatannya.
Bahan cerita saya ambil dari pengalamam saya, keluarga, teman, tetangga dsb, tidak lagi mencontek dari majalah atau tulisan orang lain. Waktu itu saya punya koleksi bahan cerita sekitar 30 buah. Saya berfikir, kalau ditulis tiap Rabu, cukup bahan menulis setengah tahun. Sambil cari bahan lagi. Mudah2an nggak kehabisan bahan setahun, itu target. Tercapai syukur, nggak tercapai ya nggak apa2. Namanya usaha. .
Tulisan “Kok Bisa Ya” itu ada yang menganggap lucu, ada yang tidak. Ada pula yang setia menunggu tulisan saya ini. Ada juga yang bilang ceritanya sih biasa saja, hanya cara menulisnya saja yang membuat enak dibaca. Begitulah, ya “mangga” saja, “tugas” saya menulis sepekan sekali.
Target menulis cerita dengan bahan cari sendiri setahun, ternyata 4 tahunan (mulai 2013) sampai kini, saya belum kehabisan bahan (dan semoga selalu dapat bahan). Mengapa? Karena selalu ada bahan tulisan yang kadang seperti “diberi” Tuhan YME. Contoh, saya penasaran dengan kata Cibogo, sebab waktu itu mau menulis tentang terowongan air di dekat Jalan Cibogo. “Ci” itu saya tahu artinya air.
“Bogo” itu artinya apa ya? Ketika saya naik sepeda motor, ketemu anak kecil bawa ikan di wadah, entah kenapa iseng saya tanya itu ikan apa. Dia jawab ikan “bogo” yang dalam bahasa Indonesia ikan gabus. Begitulah, sering ada kejadian atau ada keluarga; teman; tetangga, bercerita seperti “diberikan ke saya” sebagai bahan.
Sekedar ilustrasi, kalau diniatkan untuk dibagi ke orang lain, Tuhan YME akan memberi lagi yang baru. Contoh di pengalaman ini adalah bahan cerita. Kalau kita berbagi uang, maka Tuhan YME akan ganti uang kita, sehingga tetap bisa berbagi. Juga kalau kita berbagi makanan, pakaian, tanaman, hewan piaraan, ilmu, emas permata, tenaga, pikiran, ketrampilan, ide, konsep, dsb yang baik2.
Seyogyanyalah kita rajin berbagi, dengan semampunya, Tuhan YME akan mengganti, sehingga kita tetap bisa berbagi, bisa jadi makin lama makin banyak, makin besar dan atau makin luas jangkauannya. Ibarat air sumur, makin banyak diambil orang, airnya akan semakin banyak dan semakin bersih (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR