P2Tel

Kebiasaan Ortu berakibat perilaku anak tidak baik(11/17)

21-Terlalu banyak larangan

Ini kebalikan dari kebiasaan di atas. Bila mengkombinasi Melankolis-Koleris, kita mesti hati2, biasanya kombinasi ini menghasilkan jenis ortu “Perfectionist”. Ortu jenis ini ingin menjadikan anak seperti yang kita inginkan secara SEMPURNA. Kita cenderung membentuk anak sesuai keinginan kita;

 

Anak harus begini tak boleh begitu; dilarang melakukan ini dan itu. Pada saatnya anak tak tahan dengan cara kita. Ia akan melakukan perlawanan, dengan cara menyakiti diri (jika anak kita tipe sensitive) atau perlawanan tersembunyi (anak tipe keras) atau dengan perang terbuka (anak tipe ekspresif keras).

 

Kurangi perfeksionis, Beri izin ke anak melakukan hal2 baik dan positif. Berlatih dialog agar kita bisa lihat dan paham sudut pandangnya. Bangunlah situasi saling percaya. Kurangilah larangan2 berlebihan dengan minta pertimbangan pasangan kita. Gunakan kesepakatan2 untuk memberi batas lebih baik. Misal, boleh keluar tapi jam 21 harus tiba di rumah. Jika terlambat, segera beri tahu Papa/Mama.

 

22-Kurangi cepat menyimpulkan

Ini gejala lanjutan jika ortu yang terbiasa jadi pendengar buruk. Kita cenderung memotong pembicaraan saat anak memberi penjelasan, dan segera menyimpulkan dan cenderung memojokkan anak. Padahal kesimpulan kita belum tentu benar, dan seandainya benar, cara ini akan menyakitkan hati anak kita.

 

Contoh anak pulang terlambat. Saat anak kita terlambat dan hendak menjelaskan sebabnya, kita potong pembicaraannya dengan “Sudah, Nggak pake alesan.” Atau “Ah, Papa/Mama tahu, kamu pasti maen ke tempat itu lagi kan”. Jika kita terbiasa begini terus2an, anak akan berpikir ortu ST 001 [alias Sok Tau Nomor Satu], yang tidak mau memahami keadaan dan menyebalkan.

 

Lalu mereka tidak mau cerita atau bicara lagi, dan akibatnya sang anak benar2 melakukan hal2 yang kita tuduhkan. Ia tidak mau mendengarkan nasehat kita lagi, dan tahapan terburuk, dia akan pergi pada saat kita sedang berbicara padanya. Pernahkah anda mengalami hal ini?

 

Jadi jangan potong pembicaraan dan ambil kesimpulan dini. Tak seorang pun suka pembicaraannya dipotong, apalagi ceritanya disimpulkan orang lain. Dengarkan3x sambil menanggapi positif dan antusias. Ada saatnya kita diminta bicara, setelah anak kita selesai ceritanya.

 

Bila anak membuka pertanyaan, “menurut Papa/Mama bagaimana?” artinya ia siap mendengar penuturan/komentar kita. Bersambung…….; Tjokroaminoto360; (https://tjokroaminoto360.wordpress.com/2010/08/29/37-kebiasaan-orang-tua-yang-menghasilkan-perilaku-buruk-pada-anak/)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version