Suatu hari Bu Sabar diminta membantu tetangganya yang berduka sepekan. Bu Sabar menyanggupi. Baru 2 hari berjalan, Bude (Uwa) dari Bu Sabar di kampung halaman wafat. Bude ini dekat dengan Bu Sabar, maka “harusnya”/normalnya Bu Sabar pulang kampung. Karena sudah menyanggupi permintaan tetangganya itu, Bu Sabar tidak mudik.
Di lain waktu Bu Sabar ditelepon kenalannya, namanya Bu Salmuni. Dia bilang akan membuat ketupat dan menawari Bu Jahar apakah mau nitip dibuatkan? Bu Sabar bilang ya. Lumayan daripada bikin ketupat sendiri, selain itu bisa membantu kenalan itu.
Bu Sabar tidak kaget dengan informasi itu sebab selama ini Bu Salmuni sudah sering tidak menepati janji. Kecewa juga sih, sebab tidak jadi makan ketupat. Namun apa boleh buat.
Komitmen, kalau kita lihat di Mbah Gugel, di antaranya berarti : Janji, tanggung jawab, keikatan, hal memenjarakan. Artinya kalau kita sudah komit, sudah janji, kita punya tanggung jawab, kita terikat, bahkan kita “dipenjarakan” atau dikungkung dengan janji kita itu sampai terlaksana.
Dalam contoh di atas, Bu Sabar karena punya tanggung jawab, sudah terikat, sudah “terkungkung” dia tidak bisa mudik, sekalipun ortu yang dicintai dan dihormati wafat. Itu konsekuen janjinya, pegang janji pegang komitmen, pegang amanah. Dengan kata lain Bu Sabar merasa diikat, dikungkung orang lain. Dia mementingkan kepentingan orang lain dari kepentingan dirinya sendiri.
Sebaliknya Bu Salmuni belum bisa pegang komitmen. Dirinya belum merasa diikat oleh orang lain, belum mementingkan orang lain, masih lebih mementingkan dirinya sendiri. Semoga kita semua bisa selalu memegang komitmen, memegang janji, memegang amanah. (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR