Beruntung saya bersama Rektor2 berbagai Perguruan Tinggi diundang menghadiri HUT TNI ke 72 di Cilegon, Banten 5/10/17. Beruntung karena HUT TNI ini tak sekedar gelar pasukan dan peralatan tempur, tapi juga lebih humanis dan membumi.
Bertemakan “Bersama Rakyat TNI Kuat”, TNI berhasil menarik minat masyarakat menyaksikan sendiri kehebatan pasukan kebanggaannya. Pertunjukan dikemas berteknologi terkini menampilkan utuh ketangkasan prajurit dan sejarah TNI, sejak jaman Jend. Sudirman 1945. Semua memukau, hingga kami nyaris lupa kalau yang jadi “aktor dan aktris”-nya prajurit TNI dan ini bukan sandiwara
Terharu dengan perjuangan Jendral fenomenal ini (diperankan cucu Jend.Sudirman) dalam drama kolosal Perjalanan TNI dari masa ke masa. Pesannya jelas, dan mengingatkan cita2 tulus pendahulu kita dalam membela negara. Aspek religius kentara dimunculkan, mengutip 3 prinsip yang jadi pegangan Jendral saat melawan penjajah, yaitu:
Selalu keadaan bersuci (wudlu), shalat tepat waktu dan mencintai yang diperjuangkan semata untuk rakyat sepenuh hati. Itu “jimat” Jend. Sudirman saat menggagalkan agresi Belanda di Jogja dan sekitarnya. Sebagai generasi penerus, ini pengingat bahwa karena kedekatan padaNYA lah, pertolongan dan kekuatan bertahan dan memenangkan pertarungan akan hadir.
Walau keadaan terbatas, peralatan dan kekuatan yang kita miliki, bila dibanding kekuatan lawan yang dihadapi yang tidak seimbang, kita tidak boleh takut apalagi menyerah. Allahu akbar
HUT ini dihadiri RI1 dan RI2 ini, menampilkan kehebatan pasukan2 kita, mulai mempraktekkan ilmu “warisan” nenek moyang (silat dan debus), penanganan teroris, penyusupan dari darat, laut dan udara. Pasukan Kopasus terjun dengan anjing pemburunya yang terlatih. Pasukan elit ditampilkan masing2 angkatan seolah tidak mau kalah menunjukkan kehebatannya.
Kalau lihat pasukan kita, petinggi negara2 sahabat pasti “ngeri” di hatinya. Karena boleh jadi, pasukan mereka tidak sehebat atau “sebonek” pasukan elit kita. Diakhiri dengan kehebatan 6 pesawat akrobatik Jupiters juga pesawat tempur Falcon yang manuvernya berani dan berbahaya. Juga peralatan tempur militer yang sebagian karya anak bangsa diperagakan dengan tembakan2 memekakkan telinga.
Jadi semangat mendorong civitas ITS ikut terus mengembangkan teknologi persenjataan dan kapal militer, terutama yang mampu berada di dua matra (laut dan darat) agar dapat membantu TNI dalam mempertahankan wilayah kedaulatan NKRI secara mandiri.
Perayaan HUT TNI ini ditutup pemberian tumpeng penghargaan ke 3 pelaku:
1-Pejuang dan veteran yang dulu ikut menumpaskan PKI, Pak Paimin.
2-Tokoh ulama KH Sholeh Qosim atau Kyai Kosim. Ia pimpinan Pondok Pesantren Bahauddin, Sidoarjo. Beliau menggerakkan umat Islam membantu melawan Belanda, Beliau anggota laskar Sabibilah 1943 pimpinan Kiai Haji Masykur serta Barisan Hizbullah pada 10/11/45 Surabaya.
3-Tentara saat ini, diwakili Komandan Upacara HUT TNI, Letjen Edi Rahmayadi, yang adalah Pangkostrad.
Semua pertunjukkan nyaris tidak ada cacat, ini menunjukkan professionalisme TNI tentara yang siap menghadapi berbagai kondisi yang terjadi, dari luar dan dalam negara. Ini jadi lebih sempurma ketika pada penutupan, Jendral Gatot Nurmantyo menyatakan ikrar kesetiaan TNI pada bangsa dan negara.
Hilang penat-lelah karena untuk ke lokasi kami harus berangkat pk 02.00, jalan di lokasi macet karena aksesnya sempit dibanding tamu yg datang sehingga kami harus jalan kaki 1 km. Hal itu tak jadi masalah, apalagi diantara para pejalan kali itu tampak perwira berbintang ikut jalan kaki ber-desak2an bersama public. Presiden sekalipun juga jalan kaki.
Dirgahayu TNI ke 72 tahun. Semoga semakin kuat dan dekat dengan hati rakyatnya. (diedit dari tulisan Rektor ITS prof Joni Hermana; Kiriman BagoesW-72)
Monggo lengkapnya di : (https://www.senayanpost.com/bangga-dengan-tni/)-FatchurR