P2Tel

Bermenung Curhat

Ketika Pak Sabar muda (bujangan), dia tinggal di asrama. Sekamar berdua dengan temannya Pak Tutup. Waktu itu Pak Sabar menduga Pak Tutup memendam masalah di hatinya. Pak Sabar lalu mengajak Pak Tutup jalan2. Pak Sabar bercerita tentang hal2 menyedihkan, soal keluarga, soal pacar dsb.

 

Tujuannya memancing agar Pak Tutup mau bercerita hal yang dipendamnya. Namun Pak Tutup tidak bercerita. Dipancing ini dan itu, tetap tidak bercerita. Beberapa waktu Pak Tutup sakit dan harus menginap di RS beberapa hari. Belum lama ini Pak Sabar bertemu Pak Sukur.

 

Mereka ngobrol ke sana kemari. Pak Sukur bercerita tentang anak2nya yang sukses. Pak Sabar mendengarkan dan mengamini, mengiyakan, mendukung. Pak Sukur semangat bercerita, nampak matanya ber-binar2. Badannya nampak jadi semakin sehat.

Orang cerita ke orang lain itu (curhat) perlu, sebab tiap manusia punya masalah. Jika banyak masalah, apalagi menurut orangnya berat dan tidak dikeluarkan (dipendam), bisa membuat orang sakit. Sebab hormon, kelenjar dan enzim tubuh bekerja tidak normal, akibatnya macam2, misal darah tinggi, gangguan jantung, mag, gangguan hati, ginjal dsb. Bisa stress dan gangguan jiwa.

Dengan bercerita ke orang lain, perasaan jadi “plong”, hormon, kelenjar dan enzim tubuh bekerja normal, badan jadi sehat. Dalam bercerita, curhat, tetap harus ada adabnya, ada batasnya, misalnya jangan membuka 100% yang ada di dalam perasaan, seperti :

 

Membuka aib (kejelekan, kesalahan) diri sendiri; keluarga atau aib orang, men-jelek2kan orang dan semacamnya. Perlu pandai2 memilah dan mengerem yang boleh dan tidak boleh. Membuka aib, men-jelek2kan orang lain itu dosa menurut agama.

Tidak boleh juga menceritakan dari orang lain yang belum tentu benar. Benar sekalipun kalau menjelekkan orang lain tidak boleh. Jangan sampai kita curhat panjang lebar sampai lawan bicara tidak ada kesempatan bicara, sebab dia juga punya masalah yang perlu diceritakan juga.

 

Sebagai contoh, Bu Sabar sering dapat curhat dari temannya. Namun temannya kalau sudah bicara, 1-2 jam bicara terus tanpa ada titik komanya, sehingga Bu Sabar tidak bisa bicara sama sekali, termasuk kalau mau pamit meninggalkan temannya itu karena ada keperluan lain.

Di FB kadang ada orang curhat yang kadang terasa berterus terang menyalahkan orang lain, bahwa betapa orang lain itu salah, ada pula yang sedih, betapa nestapa hidupnya. Ada yang menunjukkan “kebahagiaan” dirinya, sehingga terkesan pamer. Sebaiknyalah difilter dulu yang perlu disampaikan, bahasa perlu diperhalus, dan tidak perlu 100% disampaikan.

Curhat itu perlu, namun membatasinya juga perlu. Istilahnya “begitu ya begitu, namun jangan begitu” (Widharto KS-2017; dari grup FB-ILP)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version