Diawali dari undangan diskusi Reboan via grup WA, pensiunan Telkom, Tgl 25/10/17 ba’da Ashar sampai ba’da Isya. Tempat Java Village Resort Jogja. Topik seperti biasa: update info Telco dan politik terkini.
Mohon keringanan langkahnya. Dalam catatan silahkan bawa snack sendiri2 ala kadarnya. Khusus Rabu Ini mencicipi durian Tempel.
Bermula dari rindu saya dan pak Sarwoto yang setelah pindah ke Jogja jarang ketemu sahabat2 seperti halnya saat diBandung. Kami sering bertemu dan ngobrol ngalur ngidul, wetan kulon, tanpa arah. Terpikir kenapa kok tidak dibikin rutin saja tiap bulan? Jadinya yang kita tetapkan Rabu terakhir tiap bulan di JVR Jogja dan selama ini sudah berlansung 3x, mudah2an terus berlanjut.
Topiknya yang sedang hot, tentu tentang Telkom atau pensiunan dsb. Topik tentang SARA tidak dilarang, janjinya kita sudah sama2 arif dan maklum bahwa tentu ada beda pendapat, asal sepakat bahwa beda pendapat. Titik. Kita coba tiru bagaimana dahulu pendiri bangsa ini beda pendapat tapi toch mereka bisa bersikap dengan bijak.
Untuk sekedar tidak terlalu merepotkan tuan rumah, snack kita bawa sendiri dan tidak usah berlebih. Karena itu terkadang terjadi “surprise”, seperti Rabu lalu, tuan rumah menyediakan wedang jahe, ada peserta yang membawa tape ketan. Eh, setelah dikombinasikan, jadi minuman yang nyamleng. Belum pernah nyoba kan?
Nah, Rabu tgl 25/10 ini, topiknya tentang :
(1) Pensiunan Telkom yang masih ngontrak rumah. Bagaimana solusinya?
(2) Telkomsel menang tender spectrum frequency dan
(3) Panglima TNI dicekal masuk US, bagaimana implikasi politiknya.
Seperti biasa panitia menyediakan fakta dan data. Forum silahkan diskusi bebas, moderator hanya kalau diperlukan, selama ini tidak diperlukan. Monggo pinarak di JVR ….
Reboan kemarin (25/10/17), seperti biasa mirip “Speaker’s Corner” disudut Hyde-Park London, bicaralah sesukanya. Sore itu suasana hangat, apalagi ada pak Agus Utoyo, yang selalu bersemangat, sayang sebelum Magrib beliau sudah pulang duluan, sebelum jalan ke Ambarawa menjadi terlalu gelap.Tinggalah kami berempat melanjutkan pesta durian dan gatot tiwul.
Tentu tidak semua pembicaraan bisa ditulis, sebagian_remain, never been told stories_. Berikut sekilas laporannya,
(satu) tentang bagaimana solusi pensiunan yang masih kontrak. Ternyata berbagai sebab mereka sampai tidak punya rumah. Bisa karena memang sedari kerja tidak pernah mampu membeli, atau rumahnya tersita oleh Bank, atau salah bisnis, sehingga rumah terjual, atau sebab lain.
Langkah pertama tentu harus ada data yang akurat, bila tidak, apapun yang dibahas bisa seperti buih dilautan, hilang tanpa bekas.
Ada dua solusi, dibuatkan rumah sewa ringan diatas lahan milikTelkom yang tidak terpakai dan bila kedua pasangan sudah meninggal, rumah itu harus dikembalikan ke Telkom. Putra-putrinya tidak berhak menempati.
Solusi kedua, dibantu dikontrakan dan mereka tinggal menempati.
Kabar baiknya, ternyata hal ini telah menjadi pemikiran Tim Bedah Rumah P2Tel. Menurut laporan (remotely) pak Mustajab, di seluruh Indonesia ada 98 permohonan untuk mendapat hunian ydm. Dan 42 diantaranya memenuhi syarat.
Tim Bedah Rumah akan menindak lanjuti dengan membuat kontrak dengan pemilik rumah dan pensiunan / janda ybs, tinggal menempati. Bravo Tim Bedah Rumah! Kita doakan dapat segera direalisir.
(dua) tentang Telkomsel memenangkan tender frekwensi 2,3 GHz selebar 30 MHz. Diskusi berpendapat untuk manfaat yang diperoleh harga tersebut cukup murah. Namun demikian apabila tujuannya memang pemasukan kepada negara, bisa sajaTelkomsel setor tunai dan diwajibkan dengan pesyaratan keras memanfaatkan secara maksimal spectrum frekwensi itu.
Nyatanya memang hanya Telkomsel yang mampu memanfaatkan frekwensi itu secara maksimal. Diskusi juga memperkirakan bahwa kelak, dengan 2,3 GHz coverage tiap cel cukup terbatas, sehingga kelak akan tumbuh lebih banyak base-station untuk menjangkau area yang sama.
(tiga) tentang insiden dicekalnya Jendral Gatot Nurmantyo masuk AS, justru menaikan pamor Jendral Gatot, menjelang pensiunnya tahun depan. Sejarah mencatat, setiap Panglima TNI pensiun, selalu masing2 meninggalkan citra tokoh yang kokoh dan berkarakter. Seperti Panglima sebelumnya, kita belum lupa Jendral Muldoko yang cerdas, tegas dengan karakteryang kuat.
Mungkin laporan saya ini tidak pas betul, jangan salahkan yang berdiskusi, salahkan notulist-nya. Terima kasih pak Sarwoto, yang selalu menyamankan kami. Salam. (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR