P2Tel

Nostalgia Binprosis (ME 004)

Unit Binprosis (Bina Program Sistim) di Telkom adalah unit yang bertanggung jawab atas koordinasi kegiatan2 pembangunan. Akhir 80-an, saat saya ditempatkan di kantor Binprosis di sudut jalan Diponegoro, dekat jalan Dago, dengan tugas memonitor lebih dari 7000 bagian proyek.

 

Setiap bagian proyek berlokasi dan kegiatan sendiri yang ber-macam2, ada kegiatan pembangunan fisik gedung, mekanikal, elektrikal, juga pemasangan sentral telepon, atau jaringan kabel atau stasiun radio. Masing2 ada perencanaan sendiri, ada kontraktornya sendiri, ada biayanya sendiri dan ada jadwalnya.

 

Ada yang di metropolitan hiruk pikuk, kota kabupaten, desa ,ditengah hutan / lereng puncak bukit yang  dihuni monyet-biawak, tersebar di penjuru tanah air. Semua diawasi pengawas proyek dan dimonitor Binprosis, sejak perencanaan, tender, pelaksanaan dan terintegrasi dalam orchestra besar yang ujungnya orang bisa berkomunikasi dari satu rumah ke rumah lain.

Binprosis memiliki komputer besar, dengan perangkat lunak yang canggih (pada saat itu), yang bisa menjangkau ke ribuan pengawas pembangunan diseluruh Idonesia. Bayangkan denyut2 kegiatan ribuan pembangunan bisa di deteksi secara on line, padahal saat itu belum ada internet, belum ada WA, belum ada jaringan selular, belum ada HP.

 

Bahkan network office automation (OA) yang dikenalkan pak Cacuk juga belum ada. Rangkaian dasarnya menggunakan jaringan serupa LAN, yang karena Telkom pemilik jaringan transmisi, ditarik ke seluruh sudut negara dari pulau We di Aceh sampai sudut Manokwari. Dari ujung Nusa Tenggara sampai puncak Talaud.

Setiap saat, Binprosis bisa tahu persis status fisik proyek, uji terima sampai status pembayaran. Unit ini setiap bulan harus mencetak laporan dengan sebuah mesin printer besar dengan kertas continuous form berukuran A3, dengan tumpukan kertas sekitar setengah meter.

 

Mesin tangguh ini bisa bekerja non-stop lebih dari 24 jam, sehingga ketika saya tinggal pulang ia mengeprint dan esoknya saya pulang kantor masih ngeprint ….. regedeg …. sreeet …….regredeg ….. sreet…… tidak ada lelahnya.

Suatu saat, saya sebagai Kepala Bagian Binprosis dipanggil pak Dirut ke Jakarta. Saya diminta untuk membuat bahan2 presentasi Pembangunan Telekomunikasi yang akan disampaikan ke rapat inter Departemen di Jakarta.

 

Saat itu belum ada “infocus”, belum ada aplikasi Power Point, namun sudah ada mesin foto-copy dan Over-head Projector. Jadi saya siapkanlah bahan2 presentasi pada belasan lembar kertas transparant dengan peralatan penggaris dan pulpen stabile berbagai warna. Binprosis biasa membuat bahan presentasi demikian.

Pekerjaan itu larut malam baru selesai. Sekitar jam 23:30, saya mengetuk ruangan Dirut di Gatot Subroto Jakarta dan pak Cacuk sedang menerima tamu, seorang penerbit di kursi tamu.
“Taruh saja di meja, pak Sadhono”, kata pak Cacuk sambil menoleh.
“Besok, jam delapan kita ketemu ya”, sambung beliau.

Saya kembali ke hotel, seperti biasa Marcoplo, di Cik di Tiro dengan ngantuk dan lelah. Esoknya, ketika saya datang ke kantor, saya bertemu pak Cacuk yang segar, dengan baju putih lengan panjang dan dasi bergaris warna biru. Melihat saya, ia merogoh tasnya dan mengambil seberkas bahan presentasi dari kertas transparan.

“Ini coba periksa Pak Sadhono, perbaiki bila ada yang salah”, kata beliau sambil menyodorkannya kepada saya. Saya terkejut, bahan2 itu adalah bahan yang kemarin saya buat dengan susah payah secara manual, sudah diprint ulang dengan warna-warni yang rapih dan indah.

Sampai saat ini, saya belum tahu, siapa yang membantu pak Cacuk, pakai program apa, dimana dan kapan mereka mengerjakannya. Kok bisa ya. (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version