P2Tel

Tel U Raksasa Pendidikan Baru(7)-ME 020

Selain prasarana fisik, perlu juga dipersiapkan non fisik seperti kurikulum dan syllabus, manajemen asrama, test masuk mahasiswa, staff pengajar dan semua berjalan sebagaimana orkes simfoni mengejar tenggat waktu tahun ajaran baru 1990.

 

Telkom beruntung punya Pusdiktel, unit yang usianya setua Telkom sendiri, selain telah berpengalaman dalam mendirikan MBA Bandung (yang kemudian menjadi STMB), juga terbiasa merancang sebuah pendidikan baru. Unit inilah, kunci penting yang mempersiapkan sisi non-teknis kelahiran STTel.

 

Putra-putra terbaik Telkom bahu membahu mewujudkan mimpi yang pernah terkubur. Bambang Hidayat dan Taufik Hasan adu debat dengan pihak Depdikbud/Kopertis, meyakinkan STT sanggup mencetak lulusannya dalam 3,5 tahun.

 

Koesprawoto diperintahkan menyiapkan tempat yang memadai sembari menunggu gedung Dayeuh Kolot selesai. Pilihannya jatuh di gedung ex soil test di jalan Suci. Suwono, dosen matematika Divlat diminta mempersiapkan test masuk calon mmahasiswanya.

 

Sekalipun semua telah dipersiapkan dengan teliti, namun ada pertanyaan strategis yang sampai terucap oleh Dirut, pak Cacuk Sudariyanto: “Apa ada calon mahasiswa yang berminat?” Kekhawatiran pak Cacuk ini tidak perlu terjadi.

 

Saat itu Telkom bagaikan magnit kuat yang menyedot minat banyak orang disekitarnya. Prof.Habibie saja sudah pasang pagar agar karyawan PTDI tidak migrasi ke Telkom. Banyak mahasiswa  yang sudah duduk di bangku ITB yang mendaftar ke STTel, apalagi terdengar khabar angkatan pertama ini akan mendapat Ikatan Dinas dari Telkom.

 

Gawe besar ini ternyata sukses besar. Peserta yang memenuhi syarat berlipat dari yang dibutuhkan, terpaksa sebagian sekalipun sudah lulus test, ditunda kuliahnya. Telkom tidak mau kehilangan calon-calon terbaik ini lepas dan kuliah di tempat lain. Alhamdulillah, tepat pada hari Pendidikan Nasional, tanggal 2 Mei 1991, STT resmi dibuka. (Sumber: Pak AA Nasution dan sahabat-sahabat lain) (bersambung)……..

 

Catatan tambahan yang dilengkapi oleh pak TH dan BH, sbb.,

(v) peserta test sekitar 43,000, padahal dibutuhkan hanya 1000 orang

(v) rekrutasi memakai jasa universitas terbuka (UT memang hebat, bangga juga saya sebagai alumnusnya) dan komandan lapangan p.Darmastoto

(v) pak Cacuk ikut kampanye STT lewat jalur Televisi

(v) ada peranan yang tidak kecil juga dari INTI, Indosat, NTT (untuk studi banding), ENST de Bretagne (juga studi banding), Kopertis, tentu saja, dll.

(v) Ada MOU dengan ITB, sebagai pembimbing Skripsi, karena dosen yang ada tidak mungkin membimbing 1000 mahasiswa.

 

(maaf seri ini terlewat …., terima kasih yang mengingatkannya)

(Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version