Anak anda lulusan IPB, ITB, UI, UGM atau AS, Eropa, kerja di AS. Anak yg bagaimana yg anda Inginkan?
(Based on True Story)-Aku pensiunan pegawai Kantor Walikota. Usiaku (63) dan kini duduk di kursi roda karena suatu penyakit. Suamiku wafat waktu aku memasuki masa pensiun.
Anak2 kami 4 orang, semua berprestasi kecuali si bungsu. Yang bungsu, menderita kelainan, wajahnya tidak sempurna dan kelakuannya tidak sesuai umurnya. Tapi hatinya baik dan suka menolong. Ketiga anakku yang lain sarjana ITB, 2 orang dapat bea siswa ke AS dan Jerman dan ketiga2nya punya perusahaan yang maju, dan hidup berkecukupan.
Setelah suamiku meninggal aku berdua dengan si bungsu. Pagi2 dia mengangkatku ke kamar mandi, setelah itu mengangkatku lagi ke kursi roda. Dia bantu aku berpakaian. Dia rajin memasak makanan kesukaanku. Tiap pagi dia bawa ku dengan kursi rodaku keliling perumahan menikmati matahari.
Dalam kesepian ini aku sering menangis kalau memandang wajah si bungsu. Bukan karena dia cacat, tapi karena kami menyia2kan nya, menyisihkan dari anak2ku yg lain. Aku tidak bisa melupakan bahwa kami tidak pernah mengajaknya liburan bersama kakak2nya, tidak mengikutkannya di acara keluarga atau kumpul2 dgn teman dan kerabat. Dalam foto keluargapun kami tidak mengikut sertakannya.
Kami seakan punya 3 anak. Aku tidak pernah lupa bangganya kami dgn prestasi kakak2nya sejak mereka masuk sekolah TK sampai selesai kuliah. Semua orang kagum dan memujinya dan salut dengan cara kami mendidik mereka.
Sejak anak2ku berkeluarga, mereka tampaknya sibuk. Mereka jarang menelepon, pulang kerumah waktu liburanpun sekali2. Lebaran tahun lalu si sulung pulang sekeluarga. Tapi aku heran dan sedih mereka tidak menginap di rumah kami, rumah tempat dia dibesarkan. Mereka pilih di hotel. Setelah sholat led aku dan si bungsu menunggunya dengan hidangan rawon dan empal daging kesukaan anakku.
Sampai siang mereka belum muncul, sore mereka belum juga datang. Aku beberapa kali menelepon, tetapi teleponnya tidak diangkat. Setelah jam 20.00 malam, si sulungku yg ku tunggu2 datang. Tapi tanpa anak2 dan istrinya. Katanya ringan, “mereka capek seharian mutar2 kota, dan kini mau tidur”.
Waktu kukatakan kalau rawon dan empal sudah disediakan, dia menjawab, “sudah makan ma, kenyang”. Dia berbalik dan kembali ke hotel. Aku terhenyak. Kenapa semua berobah? Dia kebanggaanku dari dulu kenapa jauh berbeda? Ya Allah, aku menangis ter-sedu2.
Si bungsuku berlutut di depanku sambil memegangi tanganku dan berkata: “Ma, jangan nangis, nanti mama sakit. Empalnya kita aja yg makan. Aku suka kok, mama juga suka kan?”.. Dia memelukku sembari menghapus air mataku. Kami berpelukan erat.
Ampuni hamba ya Allah, telah me-nyia2kan karunia terindahMu yg berhati emas ini. Ampuni hamba telah pilih kasih kepada titipanMu. Ampuni hamba telah me-nyia2kan kepercayaanMu yg telah menitipkan dia yg tidak sempurna ini.
Ampuni hamba telah menganggapnya tidak ada. Ampuni hamba telah merasa malu menerima titipanMu ini ya Allah. Ampuni hamba telah sombong membangga2kan kakak2nya. Ya Allah, hamba orang yg hina. Ampuni hamba ya Allah…
Masyaa Allah… Kisah Ini Mengharukan… dan Membuat Kita makin Tersadar Kadang Allah Memberi Sesuatu Yg Menurut kita bukan yg terbaik… Namun Allah punya rencana indah. ItuLah KARUNIA INDAH yg terbaik untuk kita… dan membuat kita bahagia
Monggo lengkapnya klik aja : (https://plus.google.com/100974674135367035798/posts/JzM454kY7YF)-FatchurR