P2Tel

Berenang (TA 228)

Tahunnya sudah lupa, saya pernah diajak pak Dadad Kustiwa ke Menado. Tuan rumah, pak Zainul Arifin, kemudian mengajak rombongan memancing ikan Marlin dengan cara, kailnya ditarik oleh speedboat pada kecepatan tinggi.

 

Ditengah perjalanan, saya sudah tidak tahan lagi, dengan hanya berpakain celana berenang dan kacamata berenang, meminta ijin untuk dicemplungkan ke laut, nanti pulang dari mancing saya minta dijemput lagi pada tempat yang sama.

 

Berenang bebas dilaut lepas adalah sebuah kenikmatan yang sulit di tuliskan dengan kata-kata. Saya tidak tahu seberapa dalam laut dibawah yang berwarna biru gelap. Satu-satunya batas dikejauhan samar-samar tampak bibir pantai, itu saja pedoman saya agar tidak hanyut dibawa arus.

 

Saya rasakan kebebasan dari seluruh anggauta badan, seperti seekor ikan, bergerak kekanan, ke kiri, ber-putar2, menyelam dan muncul kembali keatas, betul2 bebas. Berenang di laut lepas beda jauh dengan di kolam renang yang dibatasi oleh lima sisi tembok. Laut yang asin juga menyebabkan berenang lebih ringan, bila lelah, dengan terlentang kita juga beristirahat tanpa bergerak. Betul2 nikmat.

 

Ingatan tentang berenang di cakrawala tanpa batas itu tiba2 terbentik kembali ketika saya membaca surat Yasin ayat 40(QS 36:40), “Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing2 beredar pada garis edarnya.”

 

Kata  “yasbahuuna”, menurut teks per kata dari tafsir Qur’an, Dr.Ahmad Hatta MA, 2010, diterjemahkan sebagai “berenang”, sedang dalam tafsir lain diterjemahkan beredar. Menurut saya, kata yang tepat itu renang, yang tidak bisa diartikan lain sebagai gerakan di medan tiga dimensi.

 

Yang termudah dimengerti adalah ‘beredar’ namun beredar bisa disalah artikan mengorbit dalam bidang datar. Wallahu ‘alam bishawab. (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version