Setelah Rasulullah wafat, maka perhatian utama saat itu terpusat pada AL Qur’an. Keaslian Al Qur’an beserta lafal asli terjaga dengan hapalan sahabat2. Dengan banyaknya ekspedisi menyebarkan Islam, banyak penghapal2 Al Qur’an gugur dalam perang.
Jaman Khalifah Abu Bakar, Umar bin Khattab sudah menghawatirkan susutnya penghapal Al Quran ini, sehingga ia usul ke Abu Bakar untuk segera menulis Al Qur’an yang saat itu tersebar dalam media2 di tangan sahabat2.
Karena takut menselisihi petunjuk Nabi, semula Abu Bakar enggan terima usul Umar, namun karena desakan kuat Umar, mulailah menyusun ayat2 Al Qur’an itu dalam 1 dokumen utuh. Pekerjaan besar dan mulia itu selesai saat Khalifah Usman, 4 Mushaf Al Qur’an lengkap dan utuh berhasil diselesaikan.
Jaman Khalifah Abu Bakar dan Umar, penerimaan hadits dijaga ketat, meriwayatkan hadits harus diiringi saksi. Penulisan hadits dilarang oleh Khalifah Umar, takut tercampur usaha2 pengumpulan Al Qur’an. Abu Bakar membakar catatan2 hadits-nya khawatir tak sesuai ucapan asli Rasul atau mungkin sahabat2 lain juga menyimpan hadits yang sama.
Jadi khalifah penerusnya, Ustman dan Ali, melanjutkan Khalifah sebelumnya. Ali minta sebelum seorang meriwayatkan hadits harus disumpah. Sahabat periwayat hadits yang terbanyak, Abu Huraira meriwayatkan 5374 hadits, ketika ditanya, ia banyak meriwayatkan hadits jaman khalifah Umar,ia jawab, ‘Andai saya lakukan saat itu, saya pasti diseret Khalifah dan dihukum cambuk’.
Keadaan negeri Islam saat itu, sahabat2 tersebar ke negeri2 lain yang dalam pengaruh Islam. Sahabat2 masih ingat –hadits2 yang diucapkan dan diteladani Nabi dan ikut meriwayatkan di negeri lain. Jadi pengelompokan hadits saat itu hanya ada dua, hadits muttawatir (diriwayatkan banyak sahabat, sehingga tidak mungkin berselisih)
Dan hadits ahad (diriwayatkan oleh satu atau sedikit sahabat). Pada masa kini ahli2 Hadits mengelompokan hadits sampai ke lebih dari 50 tingkatan. Setelah Rasul wafat, tidak ada lagi tambahan umat Islam bergelar “sahabat”, yaitu sebuah generasi istimewa, generasi orang2 beriman yang wafat sebagai Islam dan yang semasa hidupnya pernah bertemu Nabi.
Jumlahnya diperkirakan 114.000 sahabat. Namun mulailah lahir juga sebuah generasi yang juga luar biasa, yakni generasi Tabi’in, yakni generasi orang beriman yang wafat dalam Islam yang pernah bertemu dengan sahabat Nabi. Dari generasi ini, kelak muncul banyak ulama besar, yang mashur sebagai ahli agama yang menjalani kehidupan utama dan banyak meriwayatkan hadits.
Namun, terutama sejak kekhalifahan Ustman, fitnah dan intrik mulai merembak. Hadits palsu untuk kepentingan politik mulai dihembuskan, sejalan dengan itu, ilmu hadits mulai dibutuhkan agar umat Islam tidak terjebak pada hadits menyesatkan. Bersambung….. (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR