P2Tel

Kisah Kakek Tua di Sts Gubeng-4 (FE 068)

Akhirnya saya dilayani juga di loket 1, sementara itu loket 2 sedang melayani no.141, setelah itu giliran saya, 142, ‘Saya akan membatalkan ticket ini, Pak’, kata saya sambil menyodorkan tanda penerimaan pemesanan ticket. Petugasnya seorang anak muda yang ramah.

 

‘Ada fotocopy KTP pak?’, tanyanya. Saya periksa dompet saya, masih tersisa satu, terakhir. Satu lagi akan saya pakai untuk pemesanan ticket di loket 2. Print-out KTP saya selipkan di lubang loket. ‘Bapak sudah mengisi form ini, pak?’, tanyanya sambil menunjukan sebuah form isian berwarna merah.

 

‘Belum pak’, jawab saya. Petugas membungkuk, mengambilkan form-nya dari bawah lacinya dan memberikan ke saya. Saat itu panggilan keras berbunyi, ‘Nomor antrian 142, diloket dua’, panggilan itu keras dan tegas, tanpa bisa ditawar. Saya ambil formulir dan berkata, ‘Sebentar saya isinya pak’, saya segera meninggalkan loket 1 dan ke loket 2. Gadis SMU di loket 1 dilayani menggantikan tempat saya.

 

Di loket 2 saya menyodorkan form isian berwarna biru, print-out KTP dan strook antrian yang sudah sejak tadi saya siapkan. ‘Kereta ke Jogja besok malam’, saya menyebutlan pilihan saya, pada form memang belum saya tulis. ‘Tidak ada pak. Paling sore jam lima’, kata petugas loket 2. Wah tidak cocok, saat itu saya masih harus di Surabaya.

 

‘Kalau begitu lusa yang paling pagi, jam berapa?’, tanya saya lagi.

‘Argo Wilis, jam tujuh pagi pak’, jawab petugas loket 2.

‘Ok, itu saja, lusa pagi bu”, jawab saya.

 

‘Ini Bapak harus ganti tanggalnya dan sebutkan nama keretanya’, kata petugas. Saya perbaiki isian form-nya dan saya sodorkan kembali form biru, untuk pemesanan ticket. Saya isi dengan cepat, form merah untuk pembatalan ticket. Isian standard, Nama, alamat, nomor hp dan saya pilih transfer ke rekening.

 

‘Sebentar bu, saya juga sedang dilayani di loket sebelah’, kata saya. Rasanya nona petugas maklum juga tentang kerepotan saya. Saya cepat bergeser ke loket 1 dan menyodorkan form merah. Saya lirik petugas  pria di loket 1 tersenyum melihat polah saya yang loncat kanan-kiri.

Saya balik ke loket 2, ‘Berapa bu”, tanya saya.

 

‘Dua ratus delapan puluh ribu, pak’, jawabnya. Saya sodorkan enam lembar uang lima puluh ribuan,

Sementara itu, loket 1 selesai memproses pembatalan saya dan Bapak pengantri dibelakang saya yang berkaos putih, berbaik hati memberi kertas print-out berwarna kuning.

 

Saya lihat sekilas, ternyata pemberitahuan kapan uang saya di transfer, sekaligus bank dan nomor rekeningnya. Loket 1 beres, Alhamdulillah. Ternyata selembar uang lima puluh ribuan dikembalikan dari loket 2, masih ada kembalian, 26 ribu rupiah, jadi saya mendapat discount manula 56 ribu rupiah. Lumayan. Loket 2 juga beres, Alhamdulillah.

 

Akhirnya drama di dua loket itu berlangsung dengan selamat juga. Bersambung…….. (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version