P2Tel

Kisah Kakek Tua di Sts Gubeng-7 (FE 071)

Nah, perjalanan kali ini saya membawa dua buku, seperti yang sudah saya sebut terdahulu, yaitu buku Ilmu Hadits dan sebuah novel fiction. Buku Ilmu Hadits tulisan Prof.T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy ini selain mengulas ilmu Hadits-yang mencakup sejarah pertumbuhannya.

 

Juga sejarah ilmu2nya dan pokok2 dasar yang dipakai pedoman dalam mempelajari Hadits. Buku ini secara luas dan mendetail membahas sejarah pengumpulan dan pembukuan hadits dari masa ke masa mulai jaman Khulafaur Rasyidin sampai ke abad 8 Hijriah.

 

Disebutkan pula puluhan penulis Hadits dan kelas2 tingkatannya. Sifat2perawi, mengapa riwayatnya ditolak dan mengapa diterima. Ber-macam2 ilmu hadits, kedudukan hadits, fungsi, rutbah dan manzilahnya dari Al Qur’an.

 

Pokoknya untuk jenis ilmu Hadits Riwayat (riwayah) yang pernah saya baca, buku ini terlengkap. Seperti dipahami ada dua garis besar ilmu hadits, riwayah dan dirayah. Riwayah membahas kelakuan persambungan hadits kepada Shahibur Risalah, junjungan kita Muhammad saw.

 

Jurusan riwayat kelakuan para perawinya, kekuatan hapalan dan keadilan mereka, juga jurusan keadaan sanad, putus dan bersambung, logis tidaknya dua perawi bertemu selama hidupnya dan hal-hal disekitar itu. Semula Hadits itu 2, Muttawatir dan Ahad.

 

Kemudian Ahad jadi 2, magbul dan mardud. Berkembang lagi maqbul shahih dan hasan. Kebawah masing2 makin banyak cabangnya. Kini dikenal lebih dari 50 kelompok/tingkatan hadits. Cabang ilmu hadits lain adalah dirayah, yakni ilmu yang membahas makna2 yang difahamkan dari lafal2 hadits.

 

Jumlah hadits tentang masalah yang dikehendaki, sandaran, aturan, kaidah bahasa Arab dan kaidah agama sesuai keadaan Nabi saw, ciri2 hadits palsu dlsb. Karena hadits dengan tingkatannya puluhan ribu, ilmu ini juga seakan tidak habis2nya dipelajari. Sulit menduga berapa dalam ilmu hadits itu.

 

Sebagai imbangan buku “berat” tadi, saya membawa juga buku ringan “The Broker”, karangan John Grisham *), penulis fiction favorit saya. Dulu saya juga gemar membaca karangan Ken Follet, yang selalu menulis roman sejarah dengan super teliti, jadi sekaligus membaca bukunya kita seperti juga membaca buku sejarah. Belakangan saya tidak tertarik lagi pada Follet, karena bumbu sex-nya terlalu vulgar.

 

Sayang juga ya selain hiburan, Follet mengajarkan sejarah. Ada bukunya kisah fiktif pada jaman pra-sejarah. Luar biasa dia. Sedang Grisham, yang latar belakang hukum, biasanya cerita masa kini, kisah asmara diselipkan, tapi lembut dan menyentuh. Pada awal2nya bukunya seputar pengadilan, namun belakangan dia berani menulis tentang spionase.

 

Saya mulai menggemari novel fiction, ketika sering tugas ke Washington, selalu saya habiskan 4 buku, 2 buku waktu berangkat dan 2 buku lagi pulangnya dalam perjalanan panjang itu. Biasanya saya beli lagi satu atau dua roman karangan Dannielle Steel, yang tidak pernah saya baca, tapi buat oleh2 Budhe saya di Bandung, yang juga penggemar Novel.

 

Sehingga bila dikumpulkan mungkin buku2 fiction saya puluhan, namun karena saya tidak pernah membaca novel sampai 2x, selalu habis saya bagi2an dan hanya beberapa saja yang tinggal. Harga tiap buku saku itu tidak murah, 14 – 30 dolar, jadi sejak pensiun saya tidak mampu lagi beli buku novel, kecuali bila beruntung nemu di toko buku loakan.

 

Nah. The Broker itu saya peroleh di pameran buku di Jogja City Mall, berharga sangat murah, cuma 25 ribu, tanpa berpikir panjang buku bekas yang masih sangat bagus itu saya beli. bersambung……..

*) judul dan penulis, karena suatu hal, saya samarkan. (SH; dari grup WA-VN)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version