Sudah Siapkah Anda Untuk Menyambutnya?
Ketika pak ustad bertanya, apakah kita ini ingin bertemu dengan Allah? Serempak kita menjawab, mauuuuu. Tapi ketika disampaikan persyaratannya, minimal ya harus mati dulu, semua menjadi terdiam dan mikir.
Itu tandanya kita belum siap untuk mati. Kita hanya senang memberikan jawaban palsu. Ternyata, kita belum siap bertemu dengan Allah. Kematian itu penuh misteri, teramat sulit jika hanya dilacak oleh rasionalitas dan hanya mengandalkan hal yang bersifat empiris.
Padahal, yang namanya kematian itu tidak mengenal urutan pangkat atau jabatan. Yang sudah pensiun tidak berarti harus mati terlebih dahulu. Kematian itu tidak dapat diundur atau dimajukan. Takut pada kematian sebenarnya menyalahi fitrah.
Tidak memberi manfaat apa-apa kecuali hanya membuang potensi, menghambat prestasi, dan kontra produktif. Orang yang takut pada kematian hidupnya diwarnai dengan kegelisahan, kegamangan, kekhawatiran, dan tidak memiliki tanggungjawab.
Karena itu, manusia patut sering bertafakur, merenung tentang diri dan kehidupannya. Kematian pasti datang menjemput, lalu membawa kita ke kehidupan sesungguhnya, yaitu kehidupan abadi. Sayangnya, kadang kita lebih sering mengamini kehidupan dunia yang sifatnya sementara, lalu tiba2 terperanjat ketika kematian datang.
Ingat bahwa keutamaan mati adalah suatu kebahagiaan bagi orang mukmin yang beriman dan kesengsaraan bagi orang-orang yang ingkar kepada Allah. Oleh karena itu, sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang di masa hidupnya memiliki nilai kebermanfaatan bagi manusia lainnya.
Bagaimanapun keadaannya, setiap kematian selalu menggoreskan duka dan nestapa. Namun demikian, kita harus tegar dalam menghadapinya. Tidak larut dalam kesedihan yang berkepanjangan dan tetap tabah dalam menjalaninya, serta yakin sepenuh hati bahwa Allah memang sedang menghendaki kebaikan kepada kita. (Muchtar AF; dari grup WA-VN)-FR