Saya mengamati penjual di kaki lima langganan saya. Jualannya pagi pagi sebelum jam 08.00, didekat Pasar jalan Leuwipanjang. Kalau ditanya ini bubuk serundeng, penjual akan menyangkal, katanya cuma oncom. Tapi penggila kuliner tidak bisa dibohongi, minimal itu bumbu dasar serundeng.
Begitulah suatu hari saya sambil nunggu giliran, saya merenung bingung. Di TV, di radio, orang pada gelisah karena diera dagang online, mall2 makin suepi pembeli. Malah ada yang sampai ditutup segala.
Tapu, dipasar tradisional atau di K5, dari subuh sudah berjubel pembeli, sekalipun cuma beli serabi.
Kelihatan penjualnya kewalahan suami istri dan jam delapan dia sudah habis gusis. Allah rupanya tidak tega, tetap memberi peluang kepada pedagang dan pangsiunan yang uangnya tak seberapa. Subhanallah.
Didekatnya ada juga bubur sungsum, cocok buat anak cucu dan kaum ompong, sruput langsung telan.
Semua kaki lima hari senin di jalan leuwi panjang tutup.
Didalam gang dekat pasar, ada suami istri pensiunan guru, jualan nasi uduk. Pernah saya jadikan prototype usaha untuk seorang pensiunan Telkom yang dhuafa agar bisa bangkit sejahtera. Dan berjalaan hingga kini(Soenarto SA; dari grup WA-VN)-FR