Alam NTT ini baru terkuak setelah tabir malam tersingkap. Pemandangan pantai pulau2 di kawasan ini jauh berbeda dengan pemandangan di pulau2 kecil sekitar p. Jawa. Karena pengaruh iklim kering, tidak saya temui hutan2 lebat sepanjang pelayaran, melainkan tanah merah atau padang rumput yang luas.
Ada kadang2 pohon agak tinggi namun tidak serapat di kepulauan seribu di Teluk Jakarta. Konon keringnya iklim akibat hembusan angin dari daerah gurun yang sangat luas di bagian tengah Australia. Sudah ketentuan Tuhan, untuk iklim yang demikian hewan2 yang hidup disini adalah jenis pemakan rumput seperti kuda.
Bagi kuda dan hewan pemakan rumput lain, padang savannah menyediakan pakan berlimpah. Adanya binatang2 ini cocok untuk hewan Komodo, sehingga mereka betah hidup di sini. Habibat Komodo seperti yang saya lihat di kandang2 di kebun binatang di pulau Jawa, jauh dari kondisi aslinya di sini. Di Bonbin, hewan pra sejarah ini ditempatkan di kerimbunan pohon yang rapat.
Di sini mereka berpencar berjauhan. Mungkin itulah sebabnya Komodo punya penciuman tajam, sehingga bila disediakan kambing sebagai umpan, mereka segera datang bergerombol seperti undangan kenduri. Mereka mampu menyergap sendiri hewan liar, yang oleh petugas dijaga keberadaannya agar tidak habis. Sisa2 tanduk sapi atau kambing dipajang di gerbang depan.
Khusus untuk wisatawan disediakan bangsal panggung untuk mengamati hewan ini dari dekat. Bagi yang bernyali, pemandu wisata akan mengajak berjalan agak jauh ke bukit2 disekitar base-camp. Wisatawan yang luka, apa lagi masih berdarah dianjurkan tidak ikut keliling, karena berbahaya bagi keselamatan mereka.
Pawang hanya bersenjata sebatang tongkat yang ujungnya bercabang. Hewan2 ini ganas, kuat dan cepat larinya, jadi membayangkan ini, perjalanan keliling yang singkat ini cukup membuat jantung berdebar. Kami tidak lama di kepulauan yang terkenal ke seluruh dunia ini dan segera kembali berlayar pulang.
Pelayaran pulang siang hari rasanya lebih cepat dari saat berangkat, mungkin karena ada pemandangan pulau2 yang ber-bukit2 yang bisa dilihat. Seperti biasa, saya tidak bisa menahan diri untuk tidak terjun ke air. Awak kapal mempersilahkan saya berenang, mereka menyediakan tali dan ban pelampung untuk jaga2 manakala saya tertinggal dari kapal.
Jadilah saya seperti makhluk tontonan yang berenang kesana kemari dengan senang. Anggauta rombongan berdiri dipinggir kapal keheranan melihat saya mengitari kapal, tapi saya tidak peduli, saya malah menikmati pemandangan bawah laut di perairan NTT ini ….……….bersambung (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR