Saya begitu kecil dibibir kawah yang begitu lebar dengan diameter 7-8 km (ini lebar sesungguhnya, sebagai ralat tulisan sebelumnya). Kawah ini sisa dari puncak gunung yang (1815) terlempar puluhan ribu meter ke angkasa. Tidak tanggung2, sepertiga bagian gunung hilang.
Tinggi gunung semula 4300 mt jadi 2850 mt. Dentuman ledakan itu dahsyat menggelegar. Suaranya terdengar sampai ke Sumatra, (2600 km). Abunya melayang diangkasa sampai 1300 km dan jatuh di pulau Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Gubernur Raffles (tulisan saya di TA 229) yang memerintah, kaget dan mengira rentetan dentuman meriam dari laut Jawa. “Pulau Jawa diserang”. Ia sapkan armadanya.
Korban kematian langsung penduduk sekitar Tambora ± 12.000 orang, namun kematian susulan itu jauh lebih banyak, sehingga total kematian 70.000an orang. Peradaban yang ikut lenyap disapu lahar 3 buah kerajaan. Temuan artifak2nya ditemukan (2004), terkubur dalam tanah sedalam tiga meter.
Awan debu yang mengambang di angkasa ini menyebabkan perubahan iklim di Indonesia dan di Eropa. Letusan itu menghilangkan satu musim semi di Eropa. Musim dingin jadi lebih panjang, hujan badai menyapu Eropa. Banyak panen gagal di Amerika Utara dan di Eropa.
Juga kematian ternak2 dan kelaparan terburuk pada abad 19. Tambora merubah jalannya sejarah. Pasukan Napoleon Bonaparte, yang sebelumnya menang di Eropa, terjebak dingin yang paling dingin dalam abad ke 19 dan ia kalah dari pasukan Prusia di Waterloo.
Rombongan kami bergegas turun dari kawasan puncak yang berbatu, kembali masuk kawasan hutan. Menuruni gunung jauh lebih berbahaya dari saat mendaki. Kondisi fisik letih terkuras saat naik dan memakai perlengkapan yang kurang rapi karena buru2 jadi faktor utama terjadinya kecelakaan.
Secara psikologis, terjadi anti klimak, pendaki yang turun tertekan khawatir. Was2 terjadi cuaca buruk serta takut terlambat dan kemalaman di hutan. Insiden bisa terjadi pada diri saya, walau sebelumnya tekun berlatih. Saya tentu sebelumnya tak menyangka insiden itu bisa terjadi. Bersambung…..
Note:
Pembaca yang budiman, karena tugas yang mendesak, terpaksa saya mohon ma’af, artikel-artikel tentang Tambora dan Hadits, untuk sementara tidak bisa mengunjungi anda, Insya Allah tahun 2018 bisa muncul kembali. Mohon do’a-nya agar kali ini saya bisa menyelesaikan tugas dengan baik dan lancar. Sekali lagi ma’af, Terima kasih, dan Salam. (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR
–Hadis 6