P2Tel

Hebatnya sedekah

Dalam Alquran banyak ayat yang menganjurkan kaum Muslimin bersedekah. Di antaranya ”Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan2, kecuali dari yang menyuruh (manusia) bersedekah, atau berbuat ma’ruf. Siapa yang berbuat keridhaan Allah, maka kelak Kami beri pahala  besar.” (QS An Nisaa [4]: 114).

 

Seorang kakek muncul saat Rasul berkumpul dan sahabat2nya di masjid selepas shalat jamaah. “Wahai, Rasul. Saya lapar, tolonglah. Saya tak punya pakaian kecuali yang menempel di badan. Berilah saya sedekah”. Rasulullah iba menyaksikan orang tua itu. Wajah pucat, bibir membiru dan tangannya  gemetar memegangi tongkatnya.

 

Cuma kebetulan beliau tidak punya apa2. Sudah habis diberikannya kepada orang lain.

“Maaf, pak tua. Tidak ada yang dapat saya berikan saat ini.

Tetapi jangan putus asa. Datanglah ke anak saya, Fatimah, mungkin ada yang bisa di sedekahkan.”

 

Kakek itu pergi ke Fatimah. Di depan rumahnya dia berkata  “Wahai putri Rasulul. Aku lapar. Dan tidak punya apa2 Aku datang ke ayahmu, tetapi beliau tidak punya apa2. Aku disuruhnya kesini. Mungkin engkau punya sedekah untukku?”

Fatimah bingung. Ia tak punya barang yang berharga untuk disedekahkan.

 

Sebagai keluarga Rasulul ia terbiasa hidup sederhana, jauh di bawah taraf kehidupan rakyat jelata. Yang dianggap lumayan berharga cuma selembar kulit kambing yang dipakai sebagai alas tidur Hasan dan Husain. Jadi, itulah yang diserahkan ke si kakek.

 

Orang tua itu lebih bingung dari pemberinya. Ia lapar dan gak punya apa2. Mengapa kepadanya diserahkan selembar kulit kambing? Buat apa? “Wahai Putri Rasulullah. Apakah kulit kambing itu dapat mengenyangkan perutku dan dapat kupakai menghangatkan badanku?” tanya orang tua itu.

 

Fatimah masuk ke rumahnya, mencari benda lain yang pantas disedekahkan. Ia ber-tanya2, kok ayahku mengirimkan orang ini padaku, padahal Ayah tahu aku tidak lebih kaya dari beliau? Termenung sejenak baru ia ingat seuntai barang pemberian Fatimah binti Abdul Muthalib, bibinya.

 

Barang itu indah, namun ia merasa kurang pantas memakainya karena sebagai putri pemimpin umat. Barang itu kalung emas. Diambilnya benda itu, lalu diserahkan ke kakek. Orang itu terbelalak melihat benda yang kini digenggamnya, indah. Pasti mahal harganya. Dengan suka cita orang itu menemui Rasul.

Diperlihatkannya kepada beliau kalung emas pemberian Fatimah.

 

Rasulul hanya berdoa, “Semoga Allah membalas keikhlasan Fatimah.”

Sahabat nabi yang kaya, Abdurrahman bin Auf, berkata  “Kakek, Maukah kau jual kalung itu padaku?”

Kakek itu menoleh kepada Nabi,  “Bolehkah saya jual, Ya Rasul?”

“Silakan, kalung itu milikmu,” sahut Nabi.

 

Orang tua itu berkata pada sahabat Abdurrahman “Berikan kepadaku beberapa potong roti dan daging untuk mengganjal perutku, dan sekedar biaya pulang ke kampung.”

Abdurrahman mengeluarkan 20 dinar dan 100 dirham, beberapa potong roti dan daging, pakaian, serta unta untuk tunggangannya pulang.

 

Dengan gembira kakek itu berkata,  “Terima kasih, kekasih Allah. Saya mendapat lebih dari yang saya perlukan. Saya merasa jadi orang kaya.”

Nabi  “Terima kasih pada Allah dan Rasul-Nya harus diawali berterimakasih pada orang pemberinya.

Balaslah kebaikan Fatimah.”

 

Orang tua itu mengangkat kedua tangan ke atas,  “Ya Allah, aku tak mampu membalas kebaikan Fatimah yang sepadan. Mohon kepada -Mu, berilah Fatimah balasan dari hadirat -Mu,  sesuatu yang tidak terlintas di mata, tidak terbayang di telinga dan tidak terbetik di hati, yakni surga -Mu, Jannatun Na’im.”

Rasulul menyambut doa itu dengan amiin.

 

Beberapa hari kemudian, budak Abdurrahman bin Auf, (Saham) menghadap Nabi sambil bawa kalung yang dibeli dari orang tua itu. “Ya Rasul” ujar Saham.

“Saya kemari diperintahkan Tuan Abdurrahman bin Auf menyerahkan kalung, dan saya sebagai budak.”

“Ku terima pemberian itu. Pergilah ke rumah Fatimah. Kalung ini dan dirimu kuberikan untuk Fatimah.”

 

Saham dan menceritakan pesan Rasul. Fatimah dengan lega menyimpan kalung itu di tempat semula, dan berkata “Engkau kini jadi hakku, karena itu, kau kubebaskan. Sejak hari ini kau merdeka.” Saham tertawa nyaring sampai Fatimah keheranan,  “Mengapa engkau tertawa?”

Bekas budak itu jawab,  “Saya gembira menyaksikan sedekah dari satu tangan ke tangan berikutnya.

 

Kalung ini tetap kembali kepadamu, wahai putrid. Karena dilandasi keikhlasan, kalung ini membuat kaya orang miskin, telah menjamin surga untukmu, dan kini membebaskan aku jadi merdeka.”

*****

 

Betapa mulianya akhlak Rasul SAW. (Prasetya B. Utama; dari grup WA-VN; Sumber dari M Irsan Barus)

Monggo lengkapnya klik aja :  (http://pusatislam.uma.ac.id/2017/10/16/kehebatan-sedekah/)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version