P2Tel

Maut Itu Datangnya Tiba2

*Sudah Siapkah Anda Untuk Menyambutnya?*

Sahabatku,

Kesibukan kita sehari-hari telah banyak menyita waktu. Rasanya baru kemarin kita menikmati masa remaja, tanpa kita sadari tiba-tiba sudah menjadi tua.

 

Parahnya lagi, bacaan shalat yang kita lakukan tiap hari tidak tahu apa artinya. Bahkan karena kesibukan, kita lupa bahwa pada saatnya kita akan mati. Ya, kematian pasti menghampiri setiap makhluk yang bernyawa. Siapapun orangnya, dimanapun dia, bagaimanapun keadaannya, dan sedang melakukan apa, kematian akan menghampiri dengan tiba-tiba, tanpa pemberitahuan terlebih dulu.

 

Kematian merupakan kiamat kecil yang menjadi hak prerogatif Allah Swt. Ia akan datang pada waktu yang telah ditetapkan-Nya dan di tempat yang dikehendaki-Nya. Allah Swt. berfirman: ”Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, sekalipun kamu di dalam benteng yang kuat dan kokoh.” (Q.S. An Nisa’ : 78).

 

Dari Mahmud bin Lubaib, bahwa Rasulullah Saw. bersabda, yang artinya: ”Dua perkara yang tidak disenangi oleh anak Adam. Ia tidak menyenangi kematian, padahal kematian lebih baik bagi orang beriman daripada fitnah. Dan ia tidak menyenagi kekayaan yang sedikit, padahal apa yang sedikit lebih sedikit pula pertanggung-jawabannya.”

 

Sesungguhnya, kematian adalah keniscayaan yang harus terjadi. Kematian bukanlah akhir dari kehidupan. Kematian adalah pintu untuk memasuki kehidupan selanjutnya, suatu kehidupan yang sama sekali lain dari yang sekarang kita alami, yaitu kehidupan uhrawi.

 

Dari literatur sufi, bagi orang-orang yang bertakwa memiliki keyakinan yang sangat mendalam bahwa kematian adalah sebuah keniscayaan dan aksioma kehidupan yang tidak terbantahkan, sebagai perjalanan rohani yang paling indah.

 

Hidup itu, pada hakikatnya antrian menuju kehidupan yang baru melalui proses kematian. Memang sejak manusia mengenal kehidupannya, tak henti-hentinya semua berusaha mendapatkan rahasia untuk bisa terus hidup sehat dan awet muda, serta mencari faktor yang dapat membuatnya langgeng.

 

Ada yang tiap bulan ke salon perawatan, ada yang terus ber-OR dan ikuti kegiatan olah pernafasan. Ada juga yang berusaha cari pengobatan alternatif, ada yang mengonsumsi ramuan herbal, suplemen, atau makanan sehat. Meski telah mencurahkan usaha, manusia belum bisa menemukan rahasianya, kecuali hanya coba2 berikhtiar. Semua manusia akan tunduk pada kematian dan menyerah pada panggilan ajal.

 

Puncak kematangan manusia dimulai dari usia 40 tahun, setelah itu kondisi fisiknya mulai menurun. Seperti buah, kalau sudah matang ya tinggal dipetik. Begitu juga manusia, kalau sudah matang harus siap dipetik oleh Sang Pemilik.

 

Sahabatku,

Esensi kematian adalah bagian dari dimensi kegaiban, namun cepat atau lambat, kematian adalah sesuatu yang pasti. Ia pasti datang untuk mengakhiri semua bentuk petualangan. Kematian adalah sebuah keniscayaan. Dengan kematian akan melenyapkan sebesar apapun hebatnya kekuasaan dan juga kesombongan.

 

Kedudukan manusia di sisi Allah tidak ditentukan kapan dan di mana ia mati, atau dikubur di tempat pemakaman yang mewah dan bergengsi. Akan tetapi diukur dengan bagaimana kondisi hatinya, dan apa yang dia amalkan ketika ia mendapatkan kesempatan. Dunia adalah tempatnya menanam. Sedangkan akhirat adalah tempat untuk menikmati hasilnya.

 

Barang siapa ingin mendapatkan sukses akhirat, maka ia harus menyiapkan diri ketika masih diberi kesempatan hidup di dunia dengan banyak beramal saleh. Apapun yang kita lakukan, jadikan tiket menuju surga. Kalau sudah mati yang ada hanyalah penyesalan, sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

Dunia adalah tempatnya berteduh dari sengatan matahari.

 

Namanya berteduh, sifatnya sementara. Kembali ke akhirat diistilahkan pulang, artinya  perjalanan dalam waktu lama. Kesenangan dunia sifatnya sebentar, cepat bosan dan juga cepat pudar. Karena itu, jangan mudah terjebak indahnya dunia yang sementara. Banyak amal laksana fatamorgana, disangka air oleh orang dahaga. (QS. An Nur [24]:39). Sebelum digenggam seperti emas, setelah tergenggam seperti kayu bakar.

 

Kehidupan dunia itu bagaikan air hujan yang turun dari langit, kemudian menyuburkan tumbuh-tumbuhan, lalu menjadi kering dan diterbangkan angin. (QS Al Kahfi [19]:45). Sedangkan kehidupan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Tidak membosankan dan bersifat abadi. (QS.An Nisa [4]: 77).

 

Sahabatku,

Tempat dan waktu kematian ternyata juga tidak akan membawa keberuntungan. Hakikat ini harus selalu menghiasi pikiran kita. Sebab dalam keadaan apa kita mati, dalam kondisi kita beriman atau sebaliknya, inilah yang akan menjadi penentu prestasi kehidupan kita di alam keabadian.

 

Kematian akan mencabut kebahagiaan dan membuat takut sekalipun ia orang yang tegar dan gagah perkasa. Kematian bisa membuat seluruh makhluk hidup ini menjadi gemetar.  Padahal kematian merupakan hal yang pasti, dan pada saatnya nanti kita semua akan mati.

 

Ketika pak ustad Dedi bertanya, apakah kita ini ingin bertemu dengan Allah? Serempak kita menjawab, mauuuuu … Tapi ketika disampaikan persyaratannya, minimal ya harus mati dulu, semua menjadi terdiam dan mikir. Itu tandanya kita belum siap untuk mati. Kita hanya senang memberikan jawaban palsu. Ternyata, kita belum siap bertemu dengan Allah.

 

Kematian itu memang penuh dengan misteri, teramat sulit jika hanya dilacak oleh rasionalitas dan hanya mengandalkan hal yang bersifat empiris. Padahal, yang namanya kematian itu tidak mengenal urutan pangkat atau jabatan. Yang sudah pensiun tidak berarti harus mati terlebih dahulu. Kematian itu tidak dapat diundur atau dimajukan.

 

Takut pada kematian sebenarnya menyalahi fitrah. Tidak memberi manfaat apa-apa kecuali hanya membuang potensi, menghambat prestasi, dan kontra produktif. Orang yang takut pada kematian hidupnya diwarnai dengan kegelisahan, kegamangan, kekhawatiran, dan tidak memiliki tanggungjawab.

 

Karena itu, manusia patut untuk sering-sering bertafakur, merenung tentang diri dan kehidupannya. Kematian pasti akan datang menjemput, lalu membawa kita menuju kehidupan yang sesungguhnya, yaitu kehidupan yang abadi. Sayangnya, terkadang kita lebih sering mengamini kehidupan dunia yang sifatnya sementara, lalu tiba-tiba terperanjat  ketika kematian datang.

 

Ingat bahwa keutamaan mati adalah suatu kebahagiaan bagi orang mukmin yang beriman dan kesengsaraan bagi orang-orang yang ingkar kepada Allah.  Oleh karena itu, sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang di masa hidupnya memiliki nilai kebermanfaatan bagi manusia lainnya.

 

Bagaimanapun keadaannya, setiap kematian selalu menggoreskan duka dan nestapa. Namun demikian, kita harus tegar dalam menghadapinya. Tidak larut dalam kesedihan yang berkepanjangan dan tetap tabah dalam menjalaninya,  serta yakin sepenuh hati bahwa Allah memang sedang menghendaki kebaikan kepada kita.

 

Mengingat kematian, tidak berarti kita harus melupakan kehidupan dunia, atau menjauhi kenikmatan duniawi dan mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah. Mengingat kematian, artinya mendayagunakan apa yang ada di dunia untuk mencapai kebahagiaan di akhirat.

 

Hal yang  bermanfaat bagi manusia pada hari kebangkitan adalah kejernihan hati, kekuatan iman, ketakwaan, dan amal saleh yang akan menjadi bukti sebagai bekal untuk meraih kedudukan yang sangat mulia di sisi Allah Swt.

 

Sahabatku,

Kini menata kematian menjadi semakin penting agar setiap langkah kehidupan kita ini  selalu mendapat ridho dari Allah Swt. Dengan menata kematian lebih dini, hidup kita akan menjadi lebih produktif karena menghargai detik demi detik dari  waktu yang dijalaninya.

 

Semakin siap dalam menata kematian, akan semakin tenang dalam menjalani kehidupan. Anda akan menemukan kebahagiaan, kedamaian, dan ketenteraman dalam mengarungi kehidupan yang lebih sempurna. Jika Anda telah menemukan ketenangan hidup, maka tanpa disadari, sesungguhnya Anda telah mendapatkan Surga sebelum waktunya. Aamiin YRA. (Muchtar AF; dari grup WA-VN)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version