P2Tel

Peritel Jepang mencegah tutupnya Toko

Jaman Now dengan desrupsinya, banyak usaha yang bertumbangan. Namun dari cuplikan properti.kompas.com berikut ini, kita bisa melihat Jepang bisa sebaliknya. Ritel Jepang cenderung jauh dari hiruk-pikuk aksi tutup Toko. Jurus apa itu sehingga mereka bertahan di tengah redupnya bisnis Ritel

 

Faktor kunci menghadapi kelesuan ritel itu penetapan harga jual produk. Peritel Jepang melihat harga lebih rendah sebagai hal penting menarik konsumen Jepang yang dikenal hemat. Peritel tersohor negara itu, Aeon, mengatakan, penurunan harga produknya mendorong kenaikan penjualan 2017.

 

Mereka telah mengumumkan rencana pemotongan harga pada 100 produk se-hari2, dari roti hingga detergen. Rata2 pemangkasan mencapai 10% harga saat ini. “Kompetitor kami rajin memantau harga pesaing dan menurunkan harga sebagai tindak lanjut,” ujar Presiden Aeon Retail Soichi Okazaki, dilansir Reuters, (15/1/18).

 

“Jika kami tidak lakukan hal sama, kami kalah”. Deflasi dipandang sebagai alasan utama ekonomi Jepang lambat pulih dari ledakan “gelembung ekonomi” era 1990-an. Konsumen menahan diri untuk berbelanja dan perusahaan juga memotong harga, yang menimbulkan harapan harga terus turun.

 

Langkah menahan harga jual juga dilakukan Fast Retailing Co Ltd, produsen pakaian Uniqlo. Peritel yang produknya mengemuka pada era deflasi Jepang itu, belajar dari pengalaman pahit masa lalunya. Pada 2014, penjualan Uniqlo merosot setelah menaikkan harga produknya.

 

Pekan lalu, Uniqlo mengumumkan rekor keuntungan kuartal-1 fiskal sebagai dampak penjualan level internasional yang kuat. Beberapa data menunjukkan masih enggannya konsumen membeli secara berkelanjutan. “Konsumen sangat ketat mengenai harga, jadi kami tidak bisa terlalu optimistis,” kata Chief Financial Officer Takeshi Okazaki.

 

Irit

Banyak konsumen menahan berbelanja karena upah mereka belum meningkat, meski perusahaan di Jepang tengah berada di kondisi keuangan baik akibar keuntungan kuat. PM Jepang Shinzo Abe telah mendorong perusahaan menaikkan upah sedikitnya 3% dalam negosiasi tahunan Maret-2018 dengan serikat pekerja.

 

Sejauh ini, segelintir perusahaan memberi isyarat akan menaikkan gaji karyawan. Itu karena mereka mengalami kekurangan tenaga kerja akibat menuanya piramida penduduk Jepang. Upah rata2 pekerja paruh waktu dan kontrak meningkat lebih cepat daripada pekerja yang digaji. Hal itu membantu mempersempit kesenjangan gaji di Jepang.

 

Sejumlah perusahaan mungkin akan menaikkan gaji pegawai penuh waktu 2%, sama seperti tahun lalu. “Karyawan mungkin dapat bonus lebih besar, tapi gaji pokok tidak terlalu tinggi. Jadi masyarakat enggan membayar lebih untuk kebutuhan se-hari2” papar Yoshimasa Maruyama, Kepala Ekonom SMBC Nikko Securities.

 

“Kami lihat harga di supermarket dan semacamnya belum akan meningkat”. (Haris Prahara; Hilda B Alexander; reuters)

Monggo lengkapnya klik aja :  (http://properti.kompas.com/read/2018/01/23/130000021/apa-jurus-peritel-jepang-cegah-aksi-tutup-toko-)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version