Jaman sekolah di Bandung dulu, tahun 1970 an, dari jalan palasari kalau sekolah sore saya naik sepedah gowes lewat jalan terusan jln Sunda, menuju jalan ambon.
Waktu sampai ujung pertigaan deket Taman Maluku Saparua, saya lihat ada gadis pulang sekolah pakai seragam rok kotak2 dan baju putih pakai rompi merah. Putih, cuantik, mirip china. Sambil ngontel sepeda saya liat terus dianya, kebetulan dia juga liat saya. Serrr, jantung berdetak keras (tapi bukan karena sakit jantung kaya sekarang)
Gaya pleboi, saya senyum sambil nekad lambaikan tangan memandang kearahnya. Tak sadar dekat pertigaan, dari depan ada becak yang belok berkawanan arah. Gedubraakkk, sepedahku ditabrak. Sialan roda depan jadi angka delapan
Waduh, baru mandang aja sudah harus ketabrak becak. Bagaimana kalau berani ngelamar, mungkin ditabrak tank tentara, karena itu rumah dinas Perwira militer bapaknya Tety Kadi. Ampuun.
Ya dia adalah Tetty Kadi. Tapi ada lanjutannya setelah kejadian itu, ternyata dia sepupunya P. Sigit BcTT. Jadi numpang kenal, klo ada acara di sekolah, ngundang dia cukup dengan “Ingkung ayam” (ide p Sumilan). Murah & meriah sesuai kantong mahasiwa. (Soenarto SA; dari grup WA-VN)-FR