“Nuun. Wal-qalami wamaa yasthuruun”,
“Nuun, demi pena dan apa yang mereka tulis” (Surat Al Qalam QS 68:1),
Ayat diatas adalah ayat pertama dari surat ke 68, Al Qalam. Surat ini turun di urutan ke2, setelah surat pertama, Al Alaq, surat ke 96, yang ayat pertamanya berbunyi “Iqra !”, Bacalah !!
Kedua surat itu turun awal kenabian dan dalam satu rangkaian, perintah baca dan penciptaan alat tulis. Pena adalah lambang tulisan atau rekaman ilmu pengetahuan. Hanya mahluk manusialah yang diberikan Allah naluri untuk menulis, mencatat ilmu pengetahuan, sehingga pengetahuan manusia berkembang.
Pengetahuan manusia jaman sekarang, bertumpu pada pengetahuan2 yang ditemukan oleh para peneliti sebelumnya. Betapa pentingnya qalam, yang merekam semua cerita, sejarah dan ilmu pengetahuan.
Sejarah qalam berkembang, bila dahulu orang menulis di atas batu, kemudian tulang, pelepah kurma, daun lontar, kemudian orang menulis diatas kertas, ditulis tangan, kemudian pada abad ke 15, dicetak sampai sekarang dalam bentuk elektronika.
Kitab suci Al Qur’an awalnya berupa hapalan dan tercatat berserakan dalam berbagai benda, barulah kemudian jadi sangat berarti setelah dijadikan satu mushaf.
Kemudian ketika salinan2 tulisan tangan mushaf tersebar, tumbuhlah pula ilmu-ilmu agama yang lain seperti tafsir Qur’an, ilmu Hadits, dengan cabang musthalah dan sanadnya, ilmu fikih, ilmu ushuluddin, tasawuf, ilmu qiraat, ilmu tarikh dan puluhan ilmu-ilmu yang lain termasuk ilmu politik Islam.
Para ulama pada kerajaan Islam giat menuliskan ilmu-ilmu itu pada buku-buku dan koleksi buku dan perpustakaan menjadi ciri berkembangnya kebudayaan dan pengetahuan di negara Islam. Eropa, saat itu masih dalam kegelapan. Bangsa barbar dari Utara dan Lautan Atlantik seolah mengurung mereka dalam keterbelakangan.
Puncak pengetahuan dan budaya mencapai puncaknya di ibukota kerajaan Islam Baghdad, sampai pada tahun 1258, ketika bangsa Mongol di bawah Hulagu Khan dari Asia Tengah menyerbu dan menghancurkan Baghdad.
Seluruh kekayaan kota, buku2 agama, pengetahuan dan filsafat, gedung pemerintahan, perpustakaan, istana kerajaan, rumah penduduk, masjid dan tempat berharga yang berusia ribuan tahun dimusnakan dan dibakar.
Penyerbu itu belum tahu nilai ilmu, menjarah koleksi buku-buku dan dilemparkan ke dalam sungai Dajlah. Aliran sungai itupun untuk beberapa lama menghitam teremar bekas tinta dari ribuan jilid buku-buku tulisan tangan.
Peradaban Muslim makin meredup, ketika Andalusia (Spanyol) lepas dari kerajaan muslim pada pengujung abad ke-15 Masehi. Kitab2 pusaka peradaban Muslim di buru, dibongkar dari mana2 , dari masjid maupun pusaka nenek-moyang dari rumah2 penduduk, ditimbun dan dibakar habis.,,,,,,,…..
Sejarah mencatat, betapa dahsyatnya akibat dari penghancuran “buah pena” ini bagi Islam, yang hingga saat ini sulit untuk bangun kembali. Bandingkan dengan Jepang, Jerman atau Korea yang mengalami kehancuran fisik, dengan cepat mereka bangkit kembali. (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR