(cnnindonesia.com/ekonomi)- Jakarta, Ketua Satgas Waspada Investasi OJK Tongam L Tobing, tak habis pikir mengenang mimpinya buka warung rokok saat duduk di bangku SMP. Anak petani kopi dan padi asal Sumut itu mengaku tak memiliki cita2 besar seperti kebanyakan orang.
Lahir dan tumbuh di Sidikalang, Tongam bangga menyebut dirinya anak desa. Pernah satu hari, ia bahagia betul memiliki kesempatan menumpang mobil. Padahal, mobil yang ditumpanginya bukan mobil mewah, melainkan mobil pengangkut mesin gilingan padi.
Saat itu, Tongam harus membantu sang ibu menggiling padi, sehingga ia ikut di mobil untuk mengangkut mesin penggiling padi. “Jadi, gilingan padi di atas mobil yang saya naiki. Sampai asap knalpot saya hirup,” ujarnya.
Tongam ‘anak desa’ hijrah ke Jakarta sekolah di ke SMA. Namun, ia ke tanah kelahirannya melanjutkan kuliah di USU. Ia pilih Fakultas Hukum. Lulus kuliah, anak ke-7 dari 11 bersaudara ini bekerja. Ia jadi guru di bangku SMA sebelum bertugas di BI pada 1993. “Penempatan pertama saya waktu itu Semarang, menangani moneter. Lulusan hukum, menangani moneter, bagaimana sulitnya” terang dia.
Bukan Tongam kalau gampang menyerah. Pria (54) itu pun segera mengikuti les di UI mempelajari ekonomi statistic, beradaptasi dengan pekerjaannya. Tongam masuk dalam tim transisi OJK (2011). Ketika OJK terbentuk, ia ditempatkan di divisi departemen hukum OJK. Lima tahun bergelut di OJK, ia menduduki kursi sebagai Ketua Satgas Waspada Investasi sejak 1/1/18 hingga saat ini.
Bikin melek Masyarakat
Menjadi Ketua Satgas Waspada Investasi, Tongam mengaku memiliki tanggungjawab besar dalam hidupnya. Bagaimana tidak? Ia harus mengedukasi masyarakat agar tak terjebak investasi ilegal, dengan iming2 hasil investasi selangit. Tak cuma itu, ia harus ambil keputusan melabelkan suatu entitas dengan cap legal atau ilegal.
Keputusan itu memengaruhi nasib entitas terkait dan masyarakat yang memarkirkan dananya pada entitas itu. Hal ini tantangan bagi Tongam. Apalagi, Satgas Waspada Investasi tak sekadar menangani pelaku investasi ilegal. “Proses penegakan hukum di kepolisian. Ini tantangan. Dari sisi masyarakatnya, kami harus mengedukasi,” imbuhnya.
Masyarakat korban investasi ilegal, berasal dari masyarakat berpendidikan rendah, dan yang menempuh pendidikan tinggi. Malah, mengedukasi masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah lebih mudah ketimbang mereka yang berpendidikan tinggi. “Yang pengetahuan tinggi ini agak sulit karena serakah”.
Banjir ancaman
Duduk di kursi Ketua Satgas Waspada Investasi, ternyata tidak selalu membuat ayah dari dua anak tersebut tidur tenang. Pasalnya, ancaman kerap membanjiri surat elektroniknya, dari pelaku dan masyarakat yang dirugikan. “Mereka yang mengancam se-akan2 diganggu mata pencariannya. Ini sudah saya bayangkan” tutur Tongam.
Ia difitnah oleh satu pihak yang memanfaatkan nama Satgas Waspada Investasi OJK untuk meminta uang kepada entitas yang usahanya dihentikan.
“Tapi saat entitas itu datang ke Satgas Waspada Investasi, kami arahkan melapor ke polisi,” kata pria yang sedang menempuh pendidikan S3 di Unpad ini menutup sesi wawancaranya. (bir; Dinda Audriene Mutmainah; Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180403205654-84-288028/mimpi-buka-warung-rokok-tongam-malah-pimpin-satgas-investasi)-FatchurR