(cnnindonesia.com/gaya-hidup)-Jakarta, Tanpa disadari, suhu dingin ekstrem di kantor, rumah, mal, dan bioskop bisa picu gangguan kesehatan. Di antaranya memicu kena ‘bell’s palsy’, atau kelumpuhan salah satu sisi otot wajah. Apalagi jika seseorang beralih tiba2, dari suhu panas di luar rumah ke ruang ber-AC.
Hal itu disampaikan fisioterapis Maria Kristina dari Canadian Specialist Hospital karena tingginya penggunaan pendingin ruangan (AC). Meski penyebab pasti bell’s palsy belum diketahui, kelumpuhan ini lebih umum dialami wanita hamil, penderita diabetes dan HIV.
“Kondisi ini muncul dari transisi temperatur hangat di luar ruangan ke ruang dingin ber-AC. Temperatur dingin ekstrem di kantor, rumah, mal, dan bioskop bisa memicu kerusakan saraf wajah dalam beberapa kasus dan harus dihindari,” papar Kristina, seperti dikutip Khaleej Times.
Penyebab utamanya, Dr Caesar Zahka, konsultan neurologis di Burjeel Hospital mengatakan banyak orang terkena bell’s palsy setelah bereka berpindah dari ruang yang panas (seperti hot shower) ke ruang dingin dengan semprotan AC tinggi.
Perubahan suhu tiba2 ditengarai jadi penyebab aktifnya virus yang menimbulkan penyakit. Proses kesembuhan dari ‘bell’s palsy’ butuh waktu beberapa hari dan bisa bertahun, sekitar 10-30% ada yang tak bisa disembuhkan sama sekali.
Contoh kasus diungkap Maria Kristina dari pasiennya. Ia bercerita soal Eliza, yang kena ‘bell’s palsy’ usai berlibur ke Eropa. Setelah mandi air hangat, ia biarkan jendela kamar terbuka dan tertidur dalam kondisi rambut basah. Keesokan paginya ia bangun dan sekitar mulut terasa lumpuh. Kondisi Eliza semakin memburuk pada 48 jam berikutnya. Sisi kanan wajahnya lumpuh.
“Saat Eliza datang ke kami, dia tidak bisa benar2 menutup mata kanannya dan menggerakkan alis kanan, dia tidak bisa tersenyum, bersiul, makan-minum dengan baik,” lanjut Kristina.
Eliza menjalani terapi. Metode yang digunakan : Stimulasi elektrik mengembalikan kekuatan otot, radiasi infra merah, meningkatkan peredaran darah, pijat wajah untuk mencegah keluarnya air liur tidak diinginkan dan latihan wajah mengembalikan pergerakan otot. Setelah 8 sesi terapi, wajahnya kembali simetris dan ia dapat menggerakkan otot seperti semula.
Jika bell’s palsy dibiarkan, pasien tidak dapat menutup mata dengan sempurna, akibatnya pasien tidak bisa menghindari paparan cahaya atau debu. Paparan polutan secara konstan dapat mengakibatkan kekeringan dan kerusakan mata.
Dilansir Doctor NDTV, bell’s palsy menyerang pria-wanita. Gejala bell’s palsy : Rasa tidak nyaman di sekitar rahang dan belakang telinga, sakit kepala, indera pengecap melemah, lumpuh salah satu sisi wajah, otot wajah pada kelopak dan mulut melorot serta kepala pening. (Rah; Elise Dwi Ratnasari; Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180424182651-255-293238/penggunaan-ac-berlebih-bisa-picu-bells-palsy)-FatchurR