P2Tel

Mengubah Pola Pikir Karyawan Telkom Jadi Pengusaha

(m.indotelko.com)-JAKARTA-Perkembangan teknologi jadi salah satu penentu utama pertumbuhan ekonomi. Teknologi menjamin produktivitas lebih tinggi, peningkatan efisiensi, keamanan, dan kenyamanan.

 

Selain member untung, perkembangan teknologi juga memberi konsekuensi bagi kehidupan. Sistem otomasi dalam teknologi dapat menimbulkan dampak buruk seperti pengurangan pekerja, terbuangnya keterampilan, dan penghematan upah. World Economic Forum memperkirakan 5 juta pekerjaan akan hilang pada (2020) akibat perkembangan teknologi.

 

Guna mencegah dampak buruk itu, SDM di Indonesia perlu disiapkan memiliki pendidikan dan keterampilan yang relevan, dan berguna di era digital, misalnya dengan memperluas usaha dalam dunia ekonomi digital.

 

Perkembangan teknologi justru bisa membantu memperluas lapangan pekerjaan baru. Lihat saja yang terjadi di platform eCommerce yang mendukung pertumbuhan UMKM dan memunculkan pengusaha baru di Indonesia.

 

Telkom sebagai operator telekomunikasi tengah bertransformasi jadi perusahaan digital atau Digital Company (DiCo) juga berusaha memanfaatkan euforia adopsi teknologi untuk meningkatkan produktivitas karyawannya melalui program “Digital Amoeba”.

 

Program ini diposisikan sebagai inkubator bagi karyawan yang ingin mendirikan usaha rintisan (Startup) agar bisa menjadi seorang intraprenuer dan innovator.

 

“Inti dari Digital Amoeba adalah ingin mengubah mindset karyawan jadi founder (pengusaha). Ini nilainya (karyawan) banyak kalau sebagai Founder bagi organisasi seperti Telkom,” ungkap EGM Divisi Digital Service Telkom Arief Musta’in kepada IndoTelko di sela-sela  Digital Amoeba Fest 2018.

 

Arief mencontohkan peserta yang rela ikut dalam “Digital Amoeba Fest 2018”, padahal dirinya sakit. “Saya tanya, kenapa kamu datang, masih sakit. Dia jawab, ini momen menunjukkan inovasi. Mental seperti itu adanya founder, kalau karyawan, kan loyalitas sepanjang tanggung jawab yang diberikan. Mental karyawan ambil tanggungjawab yang tak berbatas itu bagi Telkom tak ternilai” katanya.

 

Menurut Arief, animo karyawan Telkom ikut program “Digital Amoeba” karena ada kepastian dalam pengembangan karir ke depan. “Inovasi ini kalo go to market ada exit misal jadi entitas sendiri atau Probis. Jadi jenjangnya jelas, dan si Founder tetap bisa bersama inovasinya,” katanya.

 

CEO Amoeba Fauzan Feisal menambahkan layaknya program akselerasi bagi startup, Telkom meyiapkan exit strategy bagi peserta program Amoeba yakni jadi entitas tersendiri (PT) atau jadi Probis dari inovasi yang dimilikinya. “Kita jaga sustainibility dari inovasi yang dibuat. Saat ini sudah ada inovasi dari program digital Amoeba ditawarkan ke pelanggan walau skala kecil,” katanya.

 

Tularkan
Telkom berusaha menularkan virus “Digital Amoeba” ke BUMN lain agar perusahaan pelat merah makin kompetitif. “Digital Amoeba sudah masuk tahun kedua, ada standar prosedur, kurikulum, dsb. Sebagai innovation labs ini tinggal di-copy dan bisa dijalankan di BUMN lain. Ada BUMN2 tertarik mencoba innovation labs ala Digital Amoeba ini,” ungkapnya.

 

VP HC Strategic Management Telkom Dwi Heriyanto B mengatakan “Digital Amoeba” terus dikembangkan karena inovasi jadi nafas Telkom. “Inovasi itu nafasnya perusahaan yang harus  dibangun berkelanjutan agar organisasi sustain dan berkembang,” pungkasnya. (ad; Bahan dari  :  https://m.indotelko.com/kanal_lipsus?di=4&c=lip&it=telkom-karyawan-pengusaha)-FatchurR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version