(republika.co.id)-BANDUNG-Telkom Craft Indonesia yang bertema pelaku UKM sebagai pahlawan bangsa untuk bersaing secara global, diikuti banyak pengusaha muda inspiratif. Salah satu binaan PT Telkom di ajang bergengsi itu telah berhasil menembus pasar Asia.
Dia Mulatsih Wiyanti (31) dari Bantul. Kepekaannya pada lingkungan, membuatnya berhasil merambah pasar di Asia. Produk aksesorisnya dikirim ke Singapura dan Filipina. Menurutnya, ia menggunakan bahan seperti kawat tembaga, kayu, dan bahan2 yang bisa di daur ulang lainnya.
“Karena banyak sisa2 limbah yang tidak terpakai, saya berani berkreasi bersama teman2” ujar Mulatsih dalam siaran persnya, (25/3). Menurutnya, meski sibuk mengurus restoran di Magelang, ia beranikan diri merintis usaha aksesoris yang digeluti 4 tahun ini. “Khusus yang merangkai dengan kawat tembaga, itu masih saya lakukan sendiri karena butuh kejelian,” katanya.
Batu2 unik dari Pacitan juga dikombinasikan dengan bahan2 daur ulang. Sehingga, terlihat makin elegan. Setiap desain aksesoris yang dibuat, tidak akan diproduksi lagi, sehingga konsumen bisa tampil unik dan berbeda. “Konsumennya berkisar antara usia 20 – 40 tahun,” katanya.
Mulatsih menargetkan, ke depannya,UKM yang ia namai Wint Craftnesia ini memiliki laman sendiri. Ia memberi semangat bagi calon pengusaha lain agar tak perlu khawatir barangnya tidak laku. Sebab menurutnya, yang terpenting produknya punya ciri khas dan berdasarkan passion.
UKM Binaan Telkom lain, Ubaydillah (34) menjual kerupuk kulit sapi biasa disebut dorokdok oleh orang Sunda. Dengan kreativitas Ubaydillah, dorokdok berMerek Abang Gendut ini berbeda dengan yang lain. Krupuk memiliki rasa original, asin, dan pedas dengan harga jual Rp 17 ribu.
Walau, latar belakang Ubay dari teknik industri dan cukup lama bekerja di satu pabrik, tak membuatnya buta melihat peluang bisnis. Ia lihat, selama ini dorokdok hanya dipasarkan di pusat oleh2 atau penjaja keliling dan tidak banyak yang berani mengemas menarik hingga memasuki dunia retail.
“Awalnya banyak yang memandang sebelah mata ketika saya coba titip dorokdok ini. Selalu ditolak”. Saat ini, ia masih memproduksi produknya di rumah dengan 6 karyawan. Setiap harinya, Abang Gendut memproduksi 10 kg dorokdok. Ia sambut baik, Event Telkom Craft Indonesia karena membuat ia terpacu dan banyak belajar dari UKM lain.
Ubay makin memperluas pemasarannya. Tak hanya Bandung, kini negara seperti Rusia dan Arab Saudi sudah memberi tawaran. Namun, Ubay belum bisa menyanggupi. Semangat pengusaha muda juga terpancar dari pemilik Orange Button, Reni Rengganis. Di usianya yang awal 30-an, ia mengajar bisnis management di Telkom University.
Tidak mau kalah, ia turut memasarkan produknya di Event Telkom Craft Indonesia. Ia memproduksi pakaian untuk balita, laki-laki – perempuan. Keunikan produknya adalah membuat balita nyaman ketika beraktivitas.
“Kami nggak main di renda dan sablon. Cukup bahan bermotif”. Reni mengaku, tak jarang ia juga menemui hambatan seperi kurangnya bahan apabila ingin memproduksi ulang. Namun, ke depannya ia tetap yakin bisa meningkatkan omzet dan produknya semakin dikenal.
“Saya suka memotivasi mahasiswa saya juga. Kalau jadi wirausaha itu enak, tidur siang saja sudah dapat duit,” katanya. (Arie Lukihardianti; Bahan dari : http://republika.co.id/berita/telko-highlight/berita-telkom/18/03/25/p64wkr423-pengusaha-binaan-telkom-rambah-pasar-asia)-FatchurR