Di group kita sudah sering ada cerita, sahabat yang tinggal di dusun dan berkebun, nampaknya pada hidup bahagia dimasa tuanya. Kebetulan suatu hari Sabtu, anak bungsuku nengok kakek mertua di Subang. Seorang pensiunan PT Perkebunan seumuran hampir delapan puluh tahunan.
Aslinya orang Bugis yang merantau dan beranak pinak ditanah Pasundan. Kini, dimasa tuanya dia hidup sendiri setelah sang istri mendahului. Anaknya yang juga sudah pada tua, tersebar tinggal di Garut, Majalaya, Lombok dan juga Subang tapi beda tempat dengannya.
Diusianya itu, setiap hari selalu kerja di kebun seolah sudah jadi ganti kantornya dulu di Jln Djuanda Dago. Mulai tanaman pisang (chavendish), singkong, jambu batu hingga rambutan, lumayan buat ganjal kebutuhan hidup menambal uang pensiun yang nggak seberapa. Nampaknya dia sangat menikmati, nggak peduli mikir ketidak adilan seperti yang terjadi di pensiunan lain.
Pulang sore, anakku dibekali singkong yang dibedol dari tanah, setandan pisang yang masih hijau, jambu batu dipagar, serba sedikit tapi berkesan karena diberikan dengan rasa cinta penuh keikhlasan.
Seperti pesanku pada anak, jangan lupa mumpung di Subang kalau sore mampir beli ikan *Etong* bakar di deket jln rumah sakit. Alhamdulilah. nikmat manalagi yang bisa engkau dustakan? SSA. (Soenarto SA; dari grup WA-VN)-FR