Disiang itu, seorang pemuda menawarkan dagangannya dari pintu kepintu dan merasa lapar. Padahal belum selembar uangpun ada disakunya. Antara ragu dan mau, diketuknya sebuah pintu bermaksud minta makan demi laparnya yang tak tertahan.
Benarlah, keraguan itu makin men-jadi2 ketika pintu terbuka dan yang keluar wanita muda. Rasa malu, mengubah permintaan makanan jadi minta segelas air minum. Ketika wanita itu datang lagi, diterimanya segelas air susu dengan sepotong kue.
Terbengong tapi dilahapnya juga pemberian itu. Ketika dia tanya mengapa anda memberiku susu dan kue, sedangkan aku hanya minta segelas air; dijawab bahwa ibunya selalu mengajarkan agar dia memberikan yang terbaik kepada siapapun yang meminta bantuannya.
Beberapa tahun berlalu, seorang dokter ahli menghadapi pasien perempuan setengah baya. Dari wawancaranya, dokter itu mendapati alamat rumahnya. Dia ingat sesuatu yang membekas, dimasa lalunya. Hari ini, wanita paruh baya itu diijinkan pulang dari rumah sakit. Tapi dia kebingungan berapa banyak yang harus dibayar, ada biaya obat, konsultasi serta perawatan RS.
Alhamdulillah, semua berjalan lancar sehingga tak lama sampailah kerumah. Ketika dibacanya berkas2 kuitansi biaya perawatan, terkejutlah dia karena selain tanda LUNAS, ada catatan kecil,
“Semua dibayar demi keinginan memberikan kebaikan yang bisa melebihi kebaikan pemberian segelas susu yang diberikan ikhlas kepada seseorang yang kelaparan”. Rupanya dokter itulah yang masa mudanya sempat ditolongnya. (Soenarto SA; dari grup WA-VN)-FR