Siang menjelang ashar, istriku ditelepon tetangga. Bude nya yang beberapa waktu sakit, ingin istriku hadir menengok lagi. Bergegas kesana, didapati ibu itu sedang terbaring seperti kemarin. Senyumnya seakan menyilahkan istriku duduk disamping tempat tidurnya.
Berbeda dengan kemarin, sekarang sudah lebih banyak diam, hanya senyuman yang selalu menghiasi bibir disela bisik lirih seperti ucapan dzikir dan tasbih. Diawali basa basi, guna membesarkan hati,
mulailah istri melantunkan bacaan surat sekenanya.
Padahal ada firasat untuk membaca surat Ar Ro’du, tetapi melihat senyumnya yg tulus dia tidak sampai hati melaksanakannya. Lirih dibacanya surat Al Fatihah. Ayat Qursi, dan trio Qulhu. Sejenak terhenti ketika tangan ibu itu menunjuk kitab tipis yang dibaca istri.
Diraihnya kitab olehnya, untuk kemudian ditempelkan didada dan akhirnya tertidur dalam senyum.
Beberapa saat setelah nampak tertidur, istriku meng-isyaratkan pamit untuk shalat Ashar dulu. Kebetulan diluar hujan, sehingga sampai kembalinta agak lama karena harus mandi juga.
Nampaknya sudah datang takdir, usai maghrib kami dapat kabar bahwa ibu hj. Sarkim sudah pulang kembali keharibaanNYA. Innalillahi wa inailaihi roji un. Aku bertanya tanya, inikah ciri wafatnya orang yang husnul khotimah? (Soenarto SA; dari grup WA-VN)-FR