(cnnindonesia.com/gaya-hidup)- Semarang, Julukan Semarang ‘Kota Lumpia’ berasal dari warung kecil di Gang Lombok, kawasan Pecinan, Semarang. Loenpia Gang Lombok No 11 itu boleh dibilang pelopor lumpia di ibu kota Jateng itu.
Lumpia, makanan khas Semarang perpaduan budaya Jawa dan China. Awal mulanya berasal dari pedagang China Tjoa Thay Joe yang menikah dengan pedagang Jawa tulen Mbak Wasih.
Mereka memadukan makanan pelengkap China-Jawa sehingga membentuk kudapan nikmat berisi rebung dan udang. Jajanan ini dijual di pasar malam Belanda : Olympia Park. Masyarakat lalu mengenal panganan hasil akulturasi ini dengan nama lumpia karena kesulitan menyebut Olympia.
Usaha lumpia lalu diteruskan anak2 mereka yang membuka kedai di Gang lombok No 11, bersebelahan dengan Klenteng Tay Kak Sie. Loenpia Gang lombok No 11 ini warung lumpia pertama dan tertua di Semarang yang bertahan hingga saat ini. Warung itu kini dikelola generasi ke-4 yakni Purnomo Usodo yang akrab disapa Pak Untung.
“Ini toko pertama dan jadi inspirasi toko lain di Semarang. Asal mulanya dari neneknya papi itu jualan pakai gerobak setelah itu dapat tempat di Gang Lombok. Dari neneknya papi, papanya papi, papi, terus saya,” kata Untung saat berkisah Loenpia Gang Lombok dalam rangkaian Jelajah Gizi Semarang, beberapa waktu lalu.
Lebih dari satu abad, sepetak warung di Gang Lombok ini bertahan hingga kini. “Tahunnya saya enggak tahu, yang pasti 100 tahun lebih” ujar Untung. Warung kecil itu berukuran 4×5 meter. Dapur untuk memasak lumpia mulai dari pengolahan bumbu hingga penggorengan dilakukan di salah satu sudut toko
Hanya terdapat beberapa meja dan kursi untuk pelanggan di tempat kecil itu. Tak jarang pembeli mesti sabar mengantre untuk dapat tempat duduk. Kebanyakan dari mereka juga lebih memilih membungkus atau menjadikan lumpia sebagai oleh-oleh.
Selain lokasi yang dipertahankan, Untung tetap menjaga rasa lumpia dengan mengikuti resep turun temurun dari nenek moyang. Ada 2 jenis lumpia yakni lumpia basah dan lumpia goreng. Salah satunya penggunaan rebung dari tunas bambu betung yang dibersihkan berkali-kali. Cara ini berguna untuk mendapat rebung yang tidak amis atau mengeluarkan bau pesing.
Isian lumpia berupa telur, udang dan bawang masih dipertahankan hingga kini. Lumpia ini tak menggunakan bahan pengawet sehingga hanya bertahan dalam waktu singkat. Lumpia basah hanya awet hingga 24 jam di suhu normal dan hingga satu pekan di lemari pendingin. Lumpia goreng bertahan hingga dua hari.
Ciri khas lain dari Loenpia Semarang Gang Lombok No 11 ini saus kental manis yang terbuat dari pati singkong. Saus ini dapat menjadi pilihan menikmati lumpia selain dengan cabai rawit. Daun selada dan daun bawang juga dapat disantap bersama lumpia agar rasa di mulut semakin lengkap.
Dalam sehari dia bisa jual 300-500 lumpia. Angka ini melonjak 2x lipat saat hari libur dan mencapai 1.000 buah. Satu lumpia dihargai Rp15 ribu. (Rah; Puput Tripeni Juniman; Bahan dari : https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20180503222924-262-295566/loenpia-gang-lombok-asal-mula-semarang-jadi-kota-lumpia?utm_source=notifikasi&utm_campaign=browser&utm_medium=desktop)-FatchurR