Tahun 1969, pak Soedarmadi menguji lisan kelulusan saya dari Akademi Postel. Bagi teman-teman yang satu angkatan dengansaya tentu tidak akan lupa, gaya mengajar beliau yang serius, rajin dan mumpuni. Almarhum, ternyata sampai usia sepuh, tetap serius, terutama dalam diskusi masalah teknik.
Saya justru beberapa kali bertemu dengan beliau setelah pensiun dan kami tidak jarang berbicara panjang melalui telepon, bahkan setelah saya pindah ke Jogja.
Tutur katanya tetap lembut, ucapannya terjaga, santun dan menghormati lawan bicara, sekalipun bekas muridnya. Guratan-guratan pada wajahnya menunjukan kematangan pengalamanhidup yang sangat luas dan menjadi teman berbicara yang sangatmenyenangkan.
Almarhum pak Soedarmadi pernah menulis sebuah buku memoar berjudul: “Aku Ingin Cerita”, cerita anekdote campur-campur baik penggalan-penggalan kisah hidupnya, politik maupun tentang teknologi, yang memang tetap menjadiperhatian utamanya.
Gaya bahasanya yang runtut, mudah dipahami dan nyaman dibaca, namun selalu meninggalkan kesanyang tetap bergaung dipikiran pembacanya, Berikut sedikit penggalan puisi yang beliau tulis pada tanggal 13 Desember 2010, jam 07:16, tentang hidup itu “apa”.
Aku dulu muda, kini sudah tua, kelak akan mati.
Aku dulu cakep, kini keriput, kelak tidak terlihat,
Aku dulu cari uang, kini masih perlu uang, kelak tak butuh uang,
Aku dulu telanjang, kini berpakaian, kelak dibungkus kafan,
Aku dulu mengurus anak, kini diurus anak, kelak hanya minta didoakan anak,
Aku dulu ditiupkan Allah ke sebuah janin, dikandungan ibuku, kini setia mengendalikan tubuhku, kelak menghadap Allah.
Pak Soedarmadi, sesuai janjinya hari itu telah dipanggil Allah dan tepat seperti yang beliau tuliskan, kita hanya mampu mendoakan. Semoga Allah menerima semua amal beliau, Mengampuni dosa beliau, Melapangkan kubur beliau dan kelak membuka pintu surga-Nya untuk beliau. Amin. Ya Robbalalamin.
Selamat jalan pak Soedarmadi. (Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR