(sains.kompas.com)-Bulan Ramadhan dan beribadah puasa itu momen yang ditunggu umat muslim di dunia. Tak semua umat Muslim dapat berpuasa karena sakit atau hamil. Bagi Anda yang memiliki gagal jantung dan takut berpuasa, ahli dari European Society of Cardiology (ESC) membawa kabar baik.
Dalam presentasinya di Konferensi Tahunan ke-29 Asosiasi Jantung Saudi (SHA29) awal Maret lalu di Riyadh, Arab Saudi, ahli mengungkap pasien gagal jantung dapat beribadah puasa dengan aman.
Gejala gagal jantung yang meliputi sesak napas, pembengkakan pergelangan kaki, dan kelelahan, biasanya disarankan membatasi asupan cairan tiap hari hingga kurang dari 2 liter dan sodium kurang dari 2.500 mg. Mereka juga diberi obat2an seperti inhibitor angiotensin converting enzyme (ACE) atau bloker reseptor angiotensin II (ARB), beta blocker, diuretik dan digoxin.
“Banyak pasien gagal jantung yang bertanya pada dokter apakah mereka aman berpuasa. Sayang, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang mampu menjelaskannya,” kata Dr Rami Abazid, ahli jantung dari Prince Sultan Cardiac Centre, Arab Saudi, dilansir Science Daily, (1/3/18).
Penelitian Berangkat dari pengalaman itu, Rami dan timnya meneliti observasional porspektif yang meneliti efek puasa Ramadhan dan pengurangan fraksi ejeksi kurang dari 40% pada pasien dengan gagal jantung kronis. Fraksi ejeksi adalah pengukuran darah yang dipompa keluar dari ventrikel, normalnya 50 persen atau lebih.
Ada 249 pasien dengan gejala gagal jantung yang rawat jalan di tiga klinik. Dari 249 pasien, 227 pasien menjalani ibadah puasa selama Ramadhan. Peneliti mengamati kepatuhan peserta dalam membatasi cairan dan garam serta mengonsumsi obat sejak sebelum, selama, dan sesudah Ramadhan.
Hasilnya, 209 pasien (92%) tak mengalami perubahan atau gejala gagal jantung membaik, dan 18 pasien (8%) kondisinya memburuk. Pada pasien yang kondisinya memburuk disebabkan ketidak-disiplinan mengikuti aturan pembatasan cairan dan garam, juga kurang patuh mengonsumsi obat gagal jantung.
“Pasien yang tidak mengikuti aturan selama Ramadhan itu disebabkan kunjungan keluarga atau teman yang membawakan makanan dengan kandungan garam normal atau tinggi, dan mereka banyak minum dalam waktu singkat. Hal ini menyebabkan pergeseran cairan dalam tubuh,” jelas Rami.
“Beberapa ada yang tidak disiplin dalam mengonsumsi obat. Ada pasien yang menghentikan atau mengurangi diuretik karena takut haus selama puasa. Ada pula obat yang semestinya diminum 2x sehari, tapi mereka menghilangkan satu dosis atau meminum kedua dosis bersamaan,” sambungnya
Dalam presentasinya, Rami menyarankan agar dokter dapat memberikan obat yang dikonsumsi saat jam non-puasa. Ia berharap akan ada lebih banyak penelitian untuk kasus ini untuk melihat apakah hal yang sama juga berjalan di kawasan beriklim dingin.
Kata ahli lain “Studi ini penting karena memberi bukti awal membimbing dokter memberi saran pada pasien Muslim yang gagal jantung dan ingin berpuasa. Lebih banyak penelitian diperlukan mengkonfirmasi temuan ini” kata Dr Mouaz Al-Mallah, kepala cardiac Imaging, King Abdul-Aziz Cardiac Center, Arab Saudi.
“Obat, garam, dan asupan cairan itu pondasi pengobatan gagal jantung dan dapat dipengaruhi puasa Ramadhan. Para peneliti ini harus dipuji karena berhasil menghadirkan bukti yang meyakinkan. Namun saya rasa perlu penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah ada kelompok pasien yang berbahaya jika berpuasa Ramadhan” kata Prof. Marco Roffi, dari feneva University Hospital, Jenewa, Swiss.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul “Studi: Pasien Gagal Jantung Bisa Jalani Puasa dengan Aman, Asal…”, Penulis /Editor : Gloria Setyvani Putri; Bahan dari : Science Daily dan https://sains.kompas.com/read/2018/05/17/203300523/studi–pasien-gagal-jantung-bisa-jalani-puasa-dengan-aman-asal-)-FatchurR