P2Tel

Pulang Mudik Tradisi Yang Unik

Sebagian dari kaum Muslimin di Indonesia menganggap pulang kampung atau mudik saat lebaran merupakan tradisi Islam, terkait dengan bulan Ramadan. Sehingga untuk persiapan perjalanan disibukkan dengan persiapan mudik lebaran daripada mengejar 10 malam terakhir.

 

Bila pulang mudik jelang lebaran ini bentuk membangun silaturahim kepada orang tua,  kerabat atau memanfaatkan kesempatan menjernihkan suasana perkerabatan, sementara tidak ada waktu dan kesempatan yang baik kecuali pada waktu lebaran, maka hal yg demikian cukup baik.

 

Dalam perjalanan, saat meninggalkan rumah melaksanakan pulang mudik  utk silaturrahim, kita perlu mengetahui adab2 yang disunnahkan dalam perjalanan. Dengan mengikuti Sunnah Rasul SAW, maka perjalanan kita Insya Allah dapat barokah dan bermanfaat dunia-akhirat.

 

Disunnahkan bila dalam menempuh perjalanan penting dipenuhi hal-hal berikut ini :

1-Berteman. Tidak bepergian seorang diri, harus ada teman yang mendampingi. Seorang musafir hendaknya memilih teman perjalanan yang shalih, yaitu orang yang dapat membantu menjaga agamanya, menegurnya bila lupa, membantu jika dibutuhkan dan mengajarinya bila ia tidak tahu.

 

Rasul SAW mengingatkan risiko bahaya perjalanan yang dilakukan seorang diri. Dikhawatirkan ancaman perjalanan yang datang dari segala arah, setan senantiasa menghampiri dan menggoda untuk melakukan perbuatan maksiat.

 

Sabda Rasul SAW : “Seandainya manusia tahu apa yang aku ketahui tentang bahaya kesendirian, niscaya tak ada seorang pun yang mau bepergian pada malam hari seorang diri.” (HR Bukhari)

 

2-Pemimpin.  Ketika dalam perjalanan dusunnahkan mengangkat seorang pemimpin. Rasul SAW mengajarkan menunjuk pemimpin dalam perjalanan, sebagaimana Hadits, Artinya :

“Jika tiga orang (keluar) bepergian, maka hendaklah mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai ketua rombongan.” (HR Abu Dawud, Hasan)

 

Hendaknya yang dipilih jadi pemimpin dalam pejalanan adalah orang yang saleh dan memiliki jiwa kepemimpinan yang baik dan amanah.

 

3-Pamit. Ketika melakukan perjalanan disunnahkan berpamitan lebih dulu kepada keluarga, kerabat dan saudara2 terutama bagi seorang anak, hendaknya berpamitan pada kedua orangtuanya. Rasul SAW  mengucapkan do’a kepada salah seorang di antara mereka, dengan do’a;

 

Artinya : “Aku menitipkan agamamu, amanahmu dan perbuatanmu yang terakhir kepada Allah.” [HR. Ahmad at-Tirmidzi)

Ibnu Abdil Barr meriwayatkan: “Jika salah seorang dari kalian keluar bersafar maka hendaklah Ia berpamitan pada saudaranya, karena Allah SWT menjadikan pada doa mereka barokah.”

 

4-Membaca doa ketika menaiki kendaraan, sebelum melakukan perjalanan, maka bacalah doa supaya senantiasa berada dalam lindungan Allah hingga kembali lagi ke rumah. Sahabat Ibnu Umar RA meriwayatkan, Rasul SAW, jika telah di atas unta untuk bepergian, beliau bertakbir 3x. dan berdoa:

 

Allah SWT berfirman; Artinya :

“Agar kamu duduk di atas punggungnya dan kamu ingat nikmat Tuhan bila kamu telah duduk di atasnya; dan agar kamu mengucapkan, Maha Suci (Allah) yang menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya,” (QS. Az-Zukhruf 43: 13)

 

Memperbanyak  do’a, berdasarkan Hadits; Dari Abu Hurairah Radhyallahu anhu, ia berkata :

“Rasul SAW bersabda, “tiga do’a pasti dikabulkan (mustajab) dan tak ada keraguan tentang-nya, do’anya seorang yang dizhalimi, do’anya musafir (yang melakukan perjalanan), do’a buruk orang tua terhadap anaknya”. (HR. Ahmad Abu Dawud, At-Tirmidzi)

 

  1. Selesai dalam perjalanan disunnahkan memberitahukan lebih dulu kedatangannya kepada keluarganya dan tidak disukai untuk datang kembali dari bepergian pada malam hari tanpa memberitahukan lebih dulu kepada keluarganya. Rasul SAW melarang seseorang mengetuk pintu rumah keluarganya di waktu malam. Hadits berikut, Artinya :

 

“Rasul SAW melarang seseorang mengetuk (pintu rumah) keluarganya pada malam hari.” (HR. Al-Bukhari Muslim); Dan di dalam hadits lainnya disebutkan; Artinya :

 

“Rasul SAW tidak pernah mengetuk pintu (rumah keluarganya), tidak pula masuk (ke rumah, setelah pulang dari bepergian) kecuali pada pagi hari atau sore hari.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim]

 

Rasul SAW menerangkan hikmah, di balik dari pelarangan ini, beliau bersabda; Artinya :

“Agar keluarganya punya waktu terlebih dahulu untuk merapikan diri, berhias, menyisir rambut yang kusut dan dapat bersolek setelah ditinggal pergi.” [HR. Muslim]

 

Shalat dua raka’at di masjid ketika tiba dari safar (perjalanan), sebagaimana Hadits, Artinya :

“Bila Nabi SAW dari bepergian pada saat Dhuha, beliau masuk ke dalam masjid dan shalat dua raka’at sebelum duduk.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

 

Rasul SAW bersabda, “Safar itu bagian dari adab mencegah salah seorang dari kalian makan, minum, tidur. Bila salah seorang kalian telah mencapai maksud dari perjalannya, hendaklah segera kembali kepada keluarganya.”  (Muttafaq Alaih)

 

Semoga pulang mudik dan silaturahimnya tahun ini penuh barokah, dapat menyambung kembali tali asih yang terputus dalam ikatan kasih sayang persaudaraan yang tulus dan ikhlas. (Muchtar AF; dari grup WA-VN)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version