P2Tel

Lagi Renungan Ganti Tahun Hijrah

Tanggal 11/9/18 ini Hijrah berganti tahun, masuk ke tahun ke 1440, dihitung sejak Nabi Muhammad hijrah dari Mekah ke Madinah. Adakah yang istimewa pada pergantian tahun ini? Adakah pagi ini alam berubah? Apakah matahari kini terbit dari arah lain? Apakah ayam jantan lebih berkokok pagi tadi?

 

Tidak. Pagi, siang dan malam, tetap berjalan seperti biasa. Mungkin, kita sedikit ingat peristiwa hijrah itu , Rasulullah membebaskan kaum dan beliau dari kungkungan, tindasan, hinaan dari siksaan kaum Quraisy, dan melanjutkan perjuangan membesarkan ajarannya dari landasan yang baru di Yatrib atau dikenal dengan Madinah.

 

Hijrah adalah lambang kebebasan, babak baru perjuangan. Makna dari penggantian tahun seperti saat ini waktu yang tepat untuk bermuhasabah, instropeksi diri apakah tahun lalu kita lebih maju dari tahun sebelumnya dan saatnya merencanakan lebih maju lagi di tahun 1440 mendatang.

 

Sama halnya dengan penggantian tahun, saat HUT juga saatnya dirayakan dengan pesta muhasabah, pesta instropeksi, apakah ibadah kita memadai untuk membayar nikmat yang kita dapatkan dari Yang Maha Pemberi hidup ? Tidaklah cukup tinta dan pena menuliskan nikmat yang telah kita terima dari Allah SWT. Bukankah manusia dan jin diciptakan dengan satu tugas, beribadah pada Penciptanya (surat Ad Dzariat 51:56).

 

Bukankah kita menghirup nafas saat ini, keajaiban penuh nikmat? Sudah 180 milyar manusia pernah diberi nikmat hidup dan kini berada di alam kubur, menunggu saat perhitungan nanti. Entah berapa milyar roh manusia lagi saat ini menunggu dilahirkan, saat memenuhi kontrak dengan Sang Pencipta untuk kelak diberikan nikmat hidup berikut tugas hidup.

 

HUT adalah saat mengingat berpuluh tahun lalu, saat kasih sayang ibu yang kesakitan dan lindungan ayah kepada mahluk kecil yang lemah ini. Apa yang telah kita lakukan untuk keduanya? Bukankah petunjuk Allah dalam Al Isra 17:23-24, “Dan Rabb-mu telah memerintahkan manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan berbuat baik kepada kedua ortu dengan se-baik2nya”.

 

Ulang tahun itu saatnya duduk merenung disudut masjid yang sepi, terisak bertanya berapa lama lagi kita sampai batas kontrak hidup yang indah ini. Apakah usia yang tersisa cukup untuk menebus lumuran dosa yang berceceran mengotori amal ibadah sepanjang hidup ini. Alangkah pendeknya sisa waktu untuk mencapai husnul khatimah. Ya Rabb, Ya Karim, ampunilah hambamu ini….. (Sleman, 1 Muharam 1440H; Sadhono Hadi; dari grup WA-VN)-FR

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version