Sesungguhnya hari ini, pada pergantian tahun hijrah perbanyaklah bersyukur, Allah SWT masih memberi kita kehidupan serta kesempatan dalam memperbaiki diri. Allah SWT berfirman :
Artinya : “Beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya, dan merugilah orang yang mencemarkannya.” (QS. As-Shams : 9-10)
Memaknai pergantian tahun, apa pentingnya bagi kita ?
Untuk berintrospeksi diri, agar diri kita ini tidak terlena, terus larut dengan gemerlapnya dunia yg dpt melalaikan. Hal yang sejatinya harus kita sadari, ergantian tahun adalah tanda2 semakin berkurangnya umur seseorang. Artinya, diri kita ini semakin dekat dengan kematian.
Alangkah naifnya jika pergantian tahun hanya dijadikan sebagai hari gegap gempita untuk bersenang-senang. Imam Hasan al-Bashri dahulu mengatakan: “Sesungguhnya engkau adalah rangkaian hari-hari, bila satu hari berlalu maka berkuranglah sebagian dari dirimu” .
Bermuhasabah (introspeksi) diri itu langkah bijak mengawali tahun baru ini, karena tiap hamba Allah berpotensi jatuh ke dalam salah dan alpa. Mari kita mereview kembali yang kurang dari perilaku dan tindak-tanduk kita selama setahun yang lewat. Apakah kita masih senang melakukan hal2 yg kurang bermanfaat?
Kebanyakan umat Islam kini hanya senang pada tataran teori seperti halnya buih di lautan. Sudahkah amal2 kebaikan yang kita ketahui itu diamalkan? Sudahkah sikap2 buruk kita tinggalkan, atau ada yg kita sisakan? Sudahkah kita menjalin kedekatan dengan Allah secara tepat dan benar?
Sudahkah kita mampu memangkas penyakit hati yang lama bersemi dalam diri? Atau kita senang memeliharanya? Dan pertanyaan2 senada yang hanya diri kita, mengetahui jawabannya.
Umar bin al-Khattab dulu mengatakan: “Introspeksilah diri kalian sebelum kalian dihisab di hari kiamat”.
Sifat manusia senantiasa cenderung pada hawa nafsu, pasti akan menggiringnya kepada perbuatan maksiat dan dosa. Allah SWT berfirman: Artinya : “Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena nafsu itu selalu mendorong pada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Yusuf 12: Ayat 53)
Jika dalam sehari tanpa sengaja kita mengerjakan satu dosa, maka total dosa yang kita lakukan di akhir tahun berjumlah 360 dosa, bilangan yang tidak sedikit. Dengan taubat yang benar maka terbebaslah hamba dari belenggu dosanya.
Rasulullah bersabda: “Orang yang bertaubat dari dosa bagai orang yang tak memiliki dosa.” [HR. Ibnu Majah: 4250].
Taubat bukan sekadar ucapan manis di bibir saja, tapi taubatan nasuha, taubat yang benar2 dapat:
(1) meninggalkan dosa yang pernah diperbuat,
(2) adanya penyesalan yg dalam jiwa atas dosa yang telah dilakukan,
(3) bertekad kuat untuk tidak mengulangi kembali perbuatan dosa tersebut, (4) dan bila ia mengambil atau mendzolimi hak orang lain, maka wajib mengembalikannya, dan meminta maaf kpd pihak yang terdzolimi.(Muchtar AF; dari grup WA-VN)-FR