(m.mediaindonesia.com)-BANGUNAN kecil berdiri tegak di depan pintu Kabah disebut Maqam Ibrahim. Tempat ini bukan kuburan Nabi Ibrahim. Makamnya ada di Hebron, Palestina yang dikuasai Israel. Maqam Ibrahim adalah tempat pijakan kaki Nabi Ibrahim ketika merehab atau membangun Kakbah.
Konon ketika meninggikan dinding Kabah untuk mencapai ketinggian tertentu, putranya, Nabi Ismail, mengambil sebongkah batu sebagai tempat pijakan, tetapi keajaiban terjadi karena batu tempat pijakan kedua telapak kaki itu berlubang, menyerupai pahatan, dengan panjang 22 Cm x 11 Cm. Ukuran telapak kaki ini lebih kurang sama dengan ukuran kaki normal manusia modern saat ini.
Konon juga bertambah tinggi bangunan dinding Kabah, bertambah tinggi pula batu tempat pijakan itu. Kini ‘prasasti’ itu dapat disaksikan di kotak kaca yang di dalamnya ada bekas telapak kaki Nabi Ibrahim.
Maqam Ibrahim kini dibangun dengan kekuatan kukuh. Ditabrak dan ditarik orang banyak pun tidak akan rebah atau rusak. Bangunannya juga diamankan dengan jeruji besi dan kaca tebal yang kukuh. Maqam Ibrahim berdekatan dengan multazam sehingga sering digunakan salat dan berdoa para jemaah haji dan umrah di arah tempat ini.
Dalam sejarahnya mengalami ber-kali2 pemindahan. Semula menempel di dinding Kabah dengan pelataran tersendiri, tapi dianggap mengganggu orang tawaf, maka bangunannya diperkecil. Menurut ahli sejarah Saudi Arabia, semula Maqam Ibrahim menempel di dinding Kabah seperti Hajar Aswad. Di zaman Khalifah Umar bin Khattab, batu ini dipisah dengan dinding Kabah, digeser ke belakang Kakbah.
Semula Maqam Ibrahim ini diletakkan di bangunan lemari perak (6 mt x 3 mt), lalu dibuat di kotak lebih kecil (180 Cm x 130 Cm = 2,34 mt) karena menghalangi arus tawaf. Ini kesepakatan pemimpin umat melalui Rabitah Al-Alam Al-Islami (Organisasi Konferensi Islam/OKI) pada 1387 H. Jarak Maqam Ibrahim dan sudut Kabah serta Hajar Aswad : 14,5 mt. Dari Rukun Yamani 14 mt dan dari sudut talangan air 13,25 mt.
Maqam Ibrahim sering dijadikan incaran pemimpin qabilah dan pemegang kekuasaan, seperti Batu Hitam (Hajar Aswad) yang menempel di Kabah pernah dicongkel orang2 dari Dinasti Qaramithah. Namun, tiga tahun kemudian dikembalikan ke tempat aslinya, meski mengalami pecah belah.
Ada juga ide menjauhkan Maqam Ibrahim dengan Kabah untuk menghilangkan kemungkinan orang menyembah atau mengkultuskannya. Dalam pandangan sufistik, Maqam Ibrahim dimaknai tidak hanya fisik, tapi ditekankan pada makna simboliknya sebagai ‘Pendirian Ibrahim’ yang monoteistik (tauhid).
Nabi Ibrahim sering disebut sebagai ‘Bapak Monotesme’ (The Father of Monotheism). Nabi Ibrahim melahirkan keturunan penganjur tegas ajaran monoteisme : Nabi Musa yang diamanati menganjurkan agama Yahudi (kitab sucinya Taurat). Nabi Isa yang diamanati agama Nasrani (kitab sucinya Injil). Dan terakhir, Nabi Muhammad SAW dari jalur Nabi Ismail, penganjur agama Islam (kitab sucinya Alquran).
Para peziarah Kabah, diharapkan meneguhkan dan mengukuhkan pendirian ajaran monoteisme dianjurkan Nabi Ibrahim, yang merelakan dirinya terancam dengan ancaman2. Termasuk memisahkan diri dengan ayahnya sendiri yang pembuat dan penyembah berhala.
Inilah keunikan Nabi Ibrahim, mempunyai ayah yang amat kufur, tetapi memiliki anak keturunan beberapa nabi yang amat saleh. (Dable; Bahan dari : Penulis: Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta ; http://m.mediaindonesia.com/read/detail/179338-misteri-maqam-ibrahim?utm_source=dable)-FatchurR *