P2Tel

Semula kukira pengemis

(islamindonesia.id)- Suatu malam setelah maghrib, saat mengendarai mobil pulang ke rumah. Tiba2 rasa migren nyeri menyerang kepala hingga aku menepikan mobilku. Berhenti menunggu rasa nyeri berkurang, aku mengalihkan pikiran dengan melihat sekeliling.

 

Tiba2 kaca mobilku diketuk anak laki2 umur 12an tahun.

“Bu… Ibu mau parkir? Saya bantuin untuk parkir mobilnya ya….” katanya.

“Belum sekarang, saya mau istirahat” jawabku.

“Kalau gitu apa Ibu punya uang 2000?” tanya anak itu.

 

Karena tidak mau diganggu, buru2 kuserahkan uang itu. Aku pikir anak ini mungkin cuma mau minta2.

Aku amati anak itu, dia dekati tukang gorengan lalu beli beberapa. Gorengan itu dia berikan pada sesosok orang tua yang duduk di bawah tiang listrik. Ketika dia melewati samping mobilku, aku buka kaca dan memanggilnya.

 

“Eh… Dik, sini… itu siapa?” tanyaku.

“Gak tau Bu… Bapak2 tua…, saya juga baru saja ketemu…” jawabnya.

“Loh, tadi kamu minta uang ke saya beli gorengan, kenapa diberikan ke bapak itu?”

 

“Oh… saya tadi duduk di situ, ngobrol sama bapak itu. Bapak itu katanya puasa. Tadi saya lihat buka puasanya cuma minum. Katanya uangnya habis. Hari ini saya nggak jualan koran. Tanggal merah, Bu. Jadi ga punya uang. Saya cuma ada 1000, kalau beli gorengan cuma dapat 1 kasihan nggak kenyang.

 

Makanya saya minta ke Ibu 2000. Biar dapat 3. Ibu mau parkir sekarang? Saya bantuin parkir ya Bu. Ibu kan udah bayar. Kalau saya bukan tukang parkir,” katanya tertawa sambil garuk2 pipinya.

Aku terdiam. Tadi aku pikir anak ini pengemis seperti anak2 yang mangkal di jalan. Aku salah besar.

“Terus uang kamu habis dong Dik?” tanyaku.

 

“Iya Bu. Nggak apa-apa. Besok bisa jualan koran. Insya Allah ada rejekinya lagi.”

“Ibu ganti ya uangnya Dik. Sekalian sisanya buat jajan” kataku menyerahkan lembaran uang Rp 20.000,-.

“Nggak usah Bu. Jangan… Ibu saya melarang saya minta2. Makanya saya tawarin Ibu parkirin mobil Ibu. Tadi saya kasihan bapak itu aja. Cuma memang pas saya bener-bener nggak punya uang,” katanya lagi.

 

“Ibu minta maaf ya tadi salah sangka. Kirain kamu tukang minta-minta” kataku merasa bersalah.

“Saya yang minta maaf Bu. Saya jadi minta uang duluan. Padahal saya belum kerja.”

“Sama2. Ini ambil uangnya. Ini kamu nggak minta, Ibu yang beri” kataku.

“Nggak Bu, Makasih. Ibu mau parkir sekarang?” tanyanya lagi.

 

“Nggak. Ibu nggak usah dibantu parkir” kataku.

“Beneran Bu? Soalnya saya mau jemput adik saya ngaji. Takut nangis kalau kelamaan telat jemputnya.”

“Udah, sana jemput aja adiknya” kataku.

 

“Makasih ya, Bu,” katanya setengah berlari meninggalkan saya yang termangu. Saya menoleh ke tiang listrik, bapak tua itu sudah pergi. Saya lihat dari spion mobil, anak itu berjalan setengah berlari.

***

 

Di luar sana banyak orang tidak seberuntung kita, tapi mereka memikirkan sesama, masih berusaha bersedekah dan sangat yakin akan jaminan rezeki. Terima kasih ya Dik, kamu hari ini telah memberikan pelajaran akhlak yang luar biasa. Semoga hidupmu berlimpah berkah dan rezeki.

 

Saat kulajukan pelan mobilku menuju rumah, aku sedih dan menangis, kerena belum bisa berbuat banyak untuk sesama. (EH/Islam Indonesia; Bahan dari : https://islamindonesia.id/kisah-nyata/kisah-nyata-anak-kecil-yang-semula-kusangka-pengemis-ternyata.htm )-FatchurR *

Tulisan Lainnya :

Exit mobile version